PERSIAPAN MELAKUKAN PERBANYAKAN TANAMAN
A. Pohon Induk
a. Syarat Pohon Induk
Pohon induk
dipilih dari tanaman yang sudah jelas asal-usul dan keunggulan sifatnya, baik
dari segi pertumbuhan, kuantitas dan kualitas potensi produksi, maupun
ketahannya terhadap serangan hama
dan penyakit. Semua kriteria ini harus terpenuhi karena akan mempengaruhi
kualitas bibit perbanyakan yang dihasilkan.
Sangat tidak
dianjurkan memakai pohon induk yang sakit karena kemungkinan besar bibit
perbanyakan yang dihasilkan juga akan membawa penyakit dari pohon induk. Selain
itu, pohon induk juga harus dijaga dari kemungkinan terjadinya penyerbukan
silang dengan tanaman lain yang tidak jelas asal usul dan keunggulan sifatnya.
Jika ini terjadi, bibit perbanyakan yang dihasilkan akan memiliki keragaman
sifat yang tinggi, tetapi belum tentu semuanya unggul.
b. Mendapatkan Pohon Induk
Mendapatkan pohon
induk bukanlah pekerjaan yang sulit, karena saat ini sudah banyak penangkar
bibit dan toko pertanian yang menjualnya. Pohon induk yang dijual berasal dari
tanaman varietas unggul nasional atau varietas komersial. Varietas unggul
nasional adalah tanaman yang telah diakui keunggulan sifatnya oleh pemerintah,
dan ditetapkan dengan surat
keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan varietas. Contohnya mangga
arumanis 143, belimbing dewi, durian montong, dan avokad BM Lebak. Sementara
itu, varietas komersial adalah tanaman yang dikenal keunggulan sifatnya di pasaran,
tetapi belum disahkan oleh pemerintah sebagai varietas unggul.
Contohnya
durian gajah dari Manado, belimbing tasikmadu
dari Tuban, dan duku Palembang.
Selain membeli dari
penangkar atau toko pertanian, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan pohon induk.
1. Melakukan
Eksplorasi
Eksplorasi
adalah kegiatan melacak ke berbagai tempat yang diduga menjadi sentra tumbuhnya
tanaman unggulan yang memenui syarat untuk dijadikan pohon induk.
2. Arena
Kontes atau Lomba
Arena kontes
atau lomba merupakan ajang memperkenalkan dan mempromosikan tanaman berpotensi
unggul yang dimiliki oleh masyarakat umum, penangkar, atau hobiis. Cara ini
banyak dilakukan oleh dinas-dinas pertanian di berbagai daerah untuk menjaring
tanaman varietas unggulan.
Biasanya tanaman
yang menjadi pemenang di kedua ajang ini disahkan dan dilepas oleh pemerintah
sebagai varietas unggul nasional. Contohnya adalah durian petruk yang memenangi
lomba durian yang digelar Dinas Pertanian Kabupaten Jepara dan belimbing dewi
yang memenangi lomba buah unggul yang digelar Dinas Pertanian DKI.
3. Introduksi
Introduksi
adalah mendatangkan tanaman unggulan dari daerah lain, atau dari luar negeri.
Cara ini biasanya dialkukan oleh para hobiis yang ingin cepat mendapatkan pohon
induk.
A. Bahan Tanam
Bahan tanam
adalah bagia dari pohon induk yang digunakan untuk memperbanyak tanaman; baik
untuk perbanyakan secara generatif atau untuk perbanyakan secara vegetatif.
Bahan tanam harus berasal dari pohon induk yang sehat dan telah diketahui
silsilahnya, mudah dibiakkan, produktivitas tinggi, berbatang kekar, tumbur
normal, serta memiliki perakaran yang kuat dan rimbun.
a. Bahan
Tanam Untuk Perbanyakan Secara Generatif
Bahan tanam
yang digunakan adalah biji. Biji yang dipilih yang berukuran besar, bernas atau
padat, warnanya mengilap, bentuknya normal dan sempurna, serta segar dan sehat.
Biji dengan spesifikasi seperti ini berasal dari buah yang tua atau matang
pohon. Sementara itu, pemilihannya juga harusdisesuaikan dengan tujuan
perbanyakan dan jenis tanamannya.
-
Untuk bibit
batang bawah, biji dipilih dari pohon induk yang memiliki sifat unggul dalam
hal fisik seperti mudah dibiakkan, memiliki perakaran kuat, banyak, dan dalam
serta berbatang kekar dan normal. Selain itu, pohon induk juga harus tahan
terhadap perubahan kondisi lingkungan, tahan serangan hama dan penyakit, gampang mengeluarkan buah
dan berproduksi terus menerus serta berbiji cukup besar dan banyak agar daapt
digunakan sebagai bahan perbanyakan kembali.
-
Untuk pohon
penghasil buah, biji dipilih dari pohon induk yang pertumbuhannya baik, buahnya
lebat dan besar, percabangannya pendek, umurnya cukup tua, serta tahan serangan
hama dan
penyakit.
-
Saat ini,
biji untuk beberapa jenis tanaman palawija, sayuran, dan bunga potong sudah
dapat dibeli di toko-toko pertanian. Biji-biji tersebut berasal dari produksi
lokal seperti Panah merah, Kapal Terbang, Tugu Jogja, dan MGA, atau produksi
impor dari Known You Seed Taiwan, Dan Taki’i Seed Jepang.
b. Bahan
Tanam Untuk Perbanyakan Secara Vegetatif
Bahan tanam
untuk perbanyakan secara vegetatif sebaiknya berasal dari pohon induk yang
telah diketahui silsilah, tingkat pertumbuhan, serta kualitas dan kuantitas
produksi buahnya. Untuk setek, bagian vegetatif yang digunakan adalah batang,
daun, akar, atau umbi.untuk cangkokan, rundukan, atau sambung susuan, bagian
vegetatif yang digunakan adalah pohon induk secara keseluruhan. Sementara itu, bagian
vegetatif yang digunakan untuk okulasi dan sambungan adalah entres, yakni
cabang yang diambil dari bagian pucuk pohon induk.
PERBANYAKAN SECARA GENERATIF
Perbanyakan secara generatif
dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga
jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Secara alami, proses
penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau serangga. Namun saat ini,
penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama para pemulia tanaman untuk
memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa varietas berbeda.
Keunggulan tanaman
hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan
rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi
atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan secara generatif juga
digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih
mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya.
Sementara itu, ada
beberapa kelemahan dari perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang
dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam, dari
ratusan atau ribuan biji yang berasal dari satu pohon induk yang sama akan
menghasilkan banyakan tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada yang sifatnya sama atau bahkan lebih
unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya. Namun ada juga yang sama
sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya.
Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk
jantang dan betina.
Kelemahan lainnya,
pertumbuhan vegetatif tanaman hasil perbanyakan sec ara generatif jgua relatif
lamban. Karena diawal pertumbuhannya, makanan yang dihasilkan dari proses
fotosintesis lebih banyak digunakan untuk membentuk batang dan tajuk tanaman.
Akibatnya, tanaman memerlukan waktu yang lama untuk berbunga dan berbuah.
A.
Menyiapkan Biji
Setelah biji dikeluarkan dari
buah atau polongnya, bersihkan daging buah dan lendir yang menempel agar tidak
menjadi tempat tumbuhnya jamur. Untuk biji berukuran besar seperti biji mangga
atau durian, pembersihan cukup dilakukan dengan mencucinya menggunakan air
bersih. Sementara itu, untuk biji yang berukuran kecil seperti biji jambu atau
biji yang terbungkus lapisan pembungkus (Pectin)
seperti biji pepaya, pembersihan dilakukan dengan meremas-remasnya menggunakan
abu gosok sampai lendirnya hilang, lalu di cuci dengan air bersih.
Setelah bersih,
biji diseleksi dengan melihat penampilan fisiknya. Biji yang memenuhi syarat
sebagai benih adalah biji yang padat dan bernas, bentuk dan ukurannya seragam,
permukaan kulitnya bersih, serta tidak cacat. Kemudian, biji hasil seleksi
fisik direndam dalam air. Pilih biji yang tenggelam karena ini menandakan daya
kecambahnya lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang terapung. Biji-biji
inilah yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara generatif.
Sementara itu, untuk
mencegah serangan penyakit, rendam biji di dalam larutan fungsida dan
bakterisida seperti Benlate atau Dithane
dengan dosis 2-3 gram/liter air. Bisa juga menggunakan larutan formalin 4%,
atau Sublimat 1% dengan dosis sesuai dengan aturan yang tertera di label
kemasan.
B.
Perlakuan Biji
Ada kalanya, biji yang disemai lambat
berkecambah. Bahkan tidak berkecambah sama sekali, walaupun media semainya
sudah cocok. Hal ini disebabkan oleh dormansi, yaitu keadaan terbungkusnya
lembaga biji oleh lapisan kulit atau senyawa tertentu. Sebenarnya, dormansi
merupakan cara embrio biji mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang
tidak menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnyaproses perkecambahan.
Berikut ini jenis-jenis dormansi biji dan cara mengatasinya.
a. Dormansi
Fisik
Dormansi
fisik sering terjadi pada biji tanaman sayur dan beberapa jenis tanaman
kehutanan seperti sengon, akasia, jambu mete, dan kaliandra. Penyebabnya adalah
kulit biji yang tidak dapat dilewati air. Cara mengatasinya, siram dan rendam
biji di dalam air panas selama 2-5 menit sampai kulitnya menjadi lebih lunak.
Kemudian, rendam biji di dalam air dingin selama 1-2 hari agar air dapat
menembus pori-pori kulit biji dan sampai ke emrionya.
b. Dormansi
Mekanis
Dormansi
mekanis sering terjadi pada biji jati, kemiri, kenari, dan mangga. Penyebabnya
adalah kulit biji yang terlalu keras, sehingga sulit ditembus calon akar dan
tunas. Pada biji mangga, dormansi ini dapat diatasi denganmenyayat dan membuat
kulit bijinya.
c.
Dormansi Kimia
Dormansi
kimia sering terjadi pada biji yang mengandung lapisan pectin seperti biji pepaya. Penyebabnya adalah adanya kandungan zat
tertentu di dalam biji yang menghambat perkecambahan. Cara mengatasinya, rendam
biji di dalam larutan Atonik dengan dosis satu cc per dua liter air selama satu
jam. Kemudian, peram biji dengan gulungan kain basah selama 24 jam.
C.
Penyemaian Biji
Biji dapat disemai secara
massal atau disemai satu persatu. Jika disemai massal, wadah yang digunakan
adalah bedengan. Jika disemai satu persatu, wadah yang digunakan adalah
wadah-wadah kecil seperti kotak kayu, polibag, pot plastik, keranjang kayu (besek), atau gelas bekas kemasan air
mineral.
a. Penyemaian
Di Bedengan
Biji yang
biasa disemai di bedengan adalah biji buah-buahan berukuran besar seperti
mangga, avokad, nangka, cempedak, durian, atau tanaman kehutanan yang
memerlukan banyak bibit dalam pembudidayaannya sehingga tidak efisien jika
disemai di dalam wadah-wadah kecil.
Lahan untuk bedeng
semai dipilih yang permukaan tanahnya relatif rata, sistem drainasenya baik,
dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Kemudian diolah dengan cara
dicangkul sedalam 25-30 cm, lalu haluskan dan bersihkan dari gulma, sampah, serta
bebatuan. Setelah itu, buat bedeng semai dengan lebar 100 cm dan tinggi30 cm
atau lebih. Panjang bedeng semai disesuaikan dengan kebutuhan dan luas lahan.
Sebaiknya bedeng
semai dibuat di tempat terbuka dan menghadap ke arah utara-selatan agar mendapat
sinar matahari penuh, terutama di pagi hari untuk membantu mempercepat
perkecambahan biji yang disemai.
1. Untuk tanaman sayur dan tanaman hias,
bijinya cukup ditebar di atas permukaan bedeng semai, lalu ditutup lapisan
tanah secara tipis agar tidak terbawa air saat penyiraman atau ketika turun
hujan. Untuk menghindari serangan hama.
Taburkan insektisida dan nematisida berbahan aktif karbofuran diatas permuakaan
bedeng.
2. Untuk tanaman buah-buahan dan tanaman
kehutanan, bijinya dimasukkan ke dalam lubang tanam yang dibuat sedalam 7,5 cm
dengan pola jarak 5-10 cm × 7,5-10 cm. perlu diperhatikan, peletakan biji
berukuran besar seperti biji durian, mangga, nangka, atau avokad harus dengan
posisi yang tepat. Bagian sisi calon tunas dan akr harus menghadap ke bawah.
Jika terbalik, pertumbuhan akar dan batang membengkok sehingga mengganggu
pertumbuhan bibit.
PERBANYAKAN SECARA
VEGETATIF
Keunggulan perbanyakan ini
adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan pohon tanaman
yang memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Selain itu, tanaman yang
berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara
itu, kelemahannya adalah membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga
membutuhkan banyak biaya. Kelemahan lain, tidak dapat menghasilkan bibit secara
massal jika cara perbanyakan yang digunakan cangkokan atau rundukan. Untuk
menghasilkan bibit secara masal, sebaiknya dilakukan dengan setek. Namun, tidak
semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara setek dan tingkat keberhasilannya
sangat kecil. Terlebih jika dilakukan oleh hobiis atau penangkar pemula.
A.
Cangkok (Air
Layerage)
Keunggulan cangkok adalah mudah
dilakukan, dan tingkat keberhasilannya tinggil. Selain itu, tanaman yang
dihasilkan dapat mewarisi 100% sifat pohon induknya. Namun, tanaman hasil
cangkok memiliki kelemahan, yaitu percabangannya tidak lebar dan tidak kompak,
serta produktivitas buahnya terbatas. Selain itu, tanaman hasil cangkok tidak
memiliki sistem perakaran yang kuat karena tidak memiliki akar tunggang, dan
serabut-serabut akarnya juga tidak rimbun. Akibatnya, tanaman mudah roboh saat
tertiup angin kencang, dan tidak kuat menghadapi kekeringan saat musim kemarau.
Cangkok sangat
cocok dilakukan pada tanaman buah-buhan yang batangnya berkayu, seperti mangga,
jeruk, jambu biji, jambu air, belimbing manis, lengkeng, serta tanaman hias
seperti bugenvil, mawar dan kemuning. Sementara itu, dengan cara yang berbeda,
beberapa tanaman tidak berkayu seperti salak, pepaya, dan beberapa jenis
tanaman hias seperti dieffenbachia dan aglonema juga dapat diperbanyak dengan
cangkok.
a. Mencangkok
Tanaman Berkayu
Pohon induk
yang dicangkok harus cukup umur, kuat, bercabang banyak, serta tidak terserang hama dan penyakit.
Idealnya, pohon induk sudah berbuah sedikitnya tiga kali agar kualitas buah
dapat diketahui dengan pasti. Pohon induk yang sedang sakit, sebaiknya jangan
dicangkok karena akan mati setelah cabang cangkokan dipotong.
B.
Rundukan
Rundukan sering disebut cangkok
tanah atau cangkok runduk karena dilakukan dengan merundukkan cabang pohon
induk sampai menyentuh tanah, lalu menutupnya dengan media. Pada dasarnya, cara
rundukan sama dengan mencangkok, yaitu membungkus bagian tanaman dengan media
untuk menumbuhkan akar. Namun, cara rundukan tidak memerlukan pembungkus.
Perbanyakan ini memiliki tingkat keberhasilan 100% karena cabang yang
diperbanyak tetap mendapatkan asupan makanan dari pohon induknya.
Tanaman yang biasa
diperbanyak dengan rundukan adalah tanaman yang bercabang panjang dan lentur
seperti murbai, stroberi, apel, mawar, dan azalea. Selain itu, jgua tanaman
menjalar dan merambat seperti labu kuning dan labu air. Secara alami
tanaman-tanaman tersebut dapat melakukan perbanyakan sendiri saat bagian
tanamannya terkulai menyentuh tanah. Lama-kelamaan, dari bagian tersebut akan
tumbuh tunas. Jika dipotong dan ditanam lagi dapat tumbuh menjadi tanaman baru
yang produktif.
C.
Setek
Setek berasal dari kata stuk
(bahasa Belanda) dan cuttoge (bahasa Inggris)) yang artinya potongan. Sesuai
dengan namanya perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan pohon induk ke
dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Bagian tanaman yang ditanam dapat
berupa akar, batang, daun, atau tunas.
Perbanyakan dengan
setek mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan dan teknik yang rumit.
Keunggulan teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah
banyak walaupun bahan tanam yang tersedia sangat terbatas. Namun, tidak semua
tanaman dapat diperbanyak dengan setek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup
lama setelah terpisah dari pohon induknya saja yang dapat diperbanyak dengan
teknik ini, misalnya, anggur, kedondong, sukun, jambu air, markisa, alpukat,
dan beberapa jenis jeruk, serta tanaman hias seperti aglonema, dieffendbachia,
dan mawar.
a. Setek
Batang
Disebut
setek batang karena bahan tanamnya diambil dari batang atau cabang pohon induk.
Entres untuk setek
batang harus berasal dari pohon induk yang sehat dan tidak sedang bertunas.
Pilih cabang yang telah berumur satu tahun, berdaun hijau tua, berkulit cokelat
muda, dan jika kulit arinya dikelupas masih terlihat berwarna hijau. Cabang
seperti ini memiliki kandungan hormon pertumbuhan (auxin), nitrogen, dan
karbohidrat tinggi, sehingga akan cepat menumbuhkan akar. Cabang yang terlalu
tua tidak baik digunakan untuk bahan setek karena sangat sulit menumbuhkan
akar. Sementara itu, cabang yang terlalu muda cepat layu dan mati kekeringan
karena penguapannya berlangsung cepat.
Cabang setek
minimal berdiameter sekitar 1 cm, diambil dari bagian tengah cabang kira-kira
0,5 cm dibawah mata tunas yang paling bawah dan 1 cm dari mata tunas paling
atas. Kemudian cabang dipotong-potong sepanjang 15-20 cm dengan 3-4 mata tunas
disetiap potongan. Pemotongan cabang dilakukan pada pagi hari dengan
menggunakan gunting setek atau pisau yang tajam. Jika pisau tidak tajam,
permukaan potongan menjadi kasar, memar, dan rusak sehingga sulit membentuk kalus yang berperan dalam menutupi luka. Akibatnya,
bibit penyakit dapat masuk kebagian yang dipotong dan membusukkan pangkal setek.
Kadang-kadang setek
batang yang ditanam sulit mengeluarkan akar sehingga perlu diberi perlakuan
khusus. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merangsang
pertumbuhan akar setek batang.
b. Setek
Akar
Bahan setek
akar harus berupa akar lateral, yaitu akar yang tumbuh ke arah samping sejajar
dengan permukaan tanah. Sebaiknya pilih akar muda yang berukuran satu cm atau
sebesar pensil karena lebih cepat memunculkan akar dibandingkan dengan akar
tua. Untuk tanaman besar berbentuk semak atau pohon, pengambilan akar dilakukan
dengan melubangi tanah sampai akar-akarnya kelihatan. Kemudian ambil akar yang
diperlukan, lalu lubang di tutup kembali dengan tanah. Sementara itu, untuk
tanaman kecil, pengambilan akar dilakukan dengan mencabut tanaman tersebut,
lalu memotong akar yang diperlukan. Setelah itu, tanaman ditanam kembali.
Akar yang telah
diambil kemudian dipotong-potong sepanjang 5-10 cm menggunakan silet atau pisau
tajam agar menghasilkan potongan yang bersih dan rata. Bagian akar yang dekat
dengan pangkal batang dipotong secara serong, sementara itu, bagian ujungnya
dipotong datar, lalu taburi dengan fungisida untuk mencegah serangan jamur.
c.
Setek Daun
Setek daun
dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias yang berbatang sukulen, berdaun
tebal, dan memiliki kandungan air tinggi. Contohnya begonia, sansevieria,
violces, wijayakusuma, Zamea curcas, dan sosor bebek. Bahan setek dapat berupa
daun utuh, atau hanya berupa potongan potongan daun, tergantung pada jenis
tanamannya. Untuk violces (Saintpaulia
sp.) dan Zamea curcas digunakan daun lengkap. Untuk begonia (Begonia sp.) digunakan daun lengkap
atau hanya berupa irisan-irisan daun. Sementara itu, untuk lidah mertua (Sanservieria sp.) yang digunakan adalah
potongan potongan daun sepanjang 10 cm. daun untuk setek sebaiknya yang
berwarna hijau segar dan berumur cukup tua. Daun seperti ini memiliki karbohidrat
dan nitrogen cukup tinggi sehingga cukup untuk menumbuhkan akar.
d. Setek
Mata Tunas
Setek mata
tunas biasanya dilakukan untuk memperbanyak nanas, anggur, dan tanaman hias
seperti dieffenbachia serta aglonema. Batang untuk setek mata tunas diambil
dari batang tanaman induk yang sehat dan subur, lalu dipotong-potong sepanjang 2-4
cm. setiap potongan batang harus memiliki satu mata tunas yang bentuknya besar
dan bulat. Kemudian, pangkal dan ujung setek dipotong miring dengan sudut
kemiringan 45°, lalu dioleskan Rootone-F untuk merangsang tumbuhnya akar. Cara
lain untuk menumbuhkan akar adalah dengan merendam setek di dalam larutan
Atonik dengan konsentrasi 1-2 cc/liter air.
Setek disemai dalam
polibag atau kotak kayu berisi media berupa campuran pasir dan kompos dengan
perbandingan 1 : 1. caranya dengan meletakkan setek pada permukaan media, lalu
ditutup dengan lapisan p asir. Namun, posisi mata tunas harus tetap berada di
permukaan media. Jika mata tunas tertutup media, setek akan membusuk dan tidak menumbuhkan
akar dan tunas baru. Siram media sampai basah, lalu tutup dengan plastik bening
atau kaca tembus cahaya.
PERBANYAKAN SECARA
GENERATIF-VEGETATIF
Perbanyakan secara
generatif-vegetatif dilakukan dengan menggunakan campuran dua bahan tanam,
yaitu bibit asal biji dan bagian vegetatif seperti mata tunas atau pucuk dari
tanaman lain. Bibit asal biji dijadikan batang bawah untuk menopang pertumbuhan
bagian vegeta tif yang dijadikan seb agai batang atas. Perbanyakan secara
generatif-vegetatif dilakukan dengan dua cara, yaitu sambungan (grafting) dan tempelan (okulasi).
Keunggulan teknik
ini adalah tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran yang kuat dan lebat serta
menghasilkan buah yang serupa dengan pohon induknya sehingga sangat cocok
diterapkan pada tanaman buah-buahan. Namun, teknik perbanyakan secara
generatif-vegetatif jgua memiliki beberapa ke lemahan, yaitu hanya dapat
dilakukan pada tanaman-tanaman berkayu, memerlukan biaya yang cukup besar karena
memerlukan banyak bibitbiji dan sekaligus pohon induk untuk batang atasnya,
serta membutuhkan keterampilan teknik yang baik untuk melakukannya agar tingkat
keberhasilannya tinggi.
Teknik generatif-vegetatif
biasa dilakukan oleh penangkar tanaman karena dari satu pohon induk dapat
diambil ratusan, bahkan ribuan mata tunas atau pucuk tanaman yang akan
dijadikan tanaman baru. Selain itu teknik perbanyakan ini juga dapat digunakan
untuk meningkatkan nilai jual suatu tanaman, misalnya dengan membuat tanaman
“Six in One”, yaitu satu pohon dapat menghasilkan enam jenis rasa buah yang
berbeda.
A.
Okulasi (Budding)
Okulasi berasal dari bahasa
Belanda oculatie yang artinya menempel. Sebelum melakukan okulasi, siapkan
perlengkapan berupa pisau sayat, silet atau pisau cutter, dan pita plastik atau
tali rafia untuk mengikat bidang okulasi. Siapkan juga calon batang bawah dan
batang atasnya. Calon batang bawah harus dipilih yang kondisinya sehat,
pertumbuhannya baik, cukup umur, batang utamanya telah berwarna kecokelatan
serta mulai berkayu. Sementara itu, entres berupa mata tunas untuk calon batang
atas diambil dari induk yang sehat; kualitas buahnya baik; serta dipilih dari
cabang atau ranting yang masih muda, tidak terserang penyakit, dan berwarna
hijau kelabu atau kecokelatan.
B.
Sambungan (Grafting)
Penyambungan (grafting)
dilakukan dengan menyisipkan batang atas ke batang b awah. Berbeda dengan
okulasi yang hanya menggunakan satu mata tunas sebagai calon batang atasnya,
grafting menggunakan seluruh bagian pucuk tanaman sepanjang 7,5 – 10 cm. ada
tiga cara grafting yang biasa dilakukan.
a. Sambung
Pucuk
Dinamakan
sambung pucuk karena batang atas disambungkan di ujung atas batang bawah.
b. Sambung
Samping
Sambung
samping dilakukan dengan menyambungkan potongan pucuk batang atas ke bagian
sisi batang bawah yang pucuknya tidak dipotong. Dibandingkan dengan sambung
pucuk, perbanyakan ini memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi karena
batang bawah masih memiliki tajuk yang lengkap sehingga proses fotosintesis
untuk menghasilkan zat-zat makanan dapat berlangsung dengan baik. Perlu
diperhatikan, diameter pucuk batang atas harus lebih kecil dari pada diameter
batang bawah agar proses pertautan tidka terganggu. Jika batang atasnya lebih
besar, tidak akan menempel erat pada batang bawah.
c.
Sambung Susu
Dinamakan
sambung susu (approach grafting) karena saat penyambungan batang bawah seperti
digendong dan disusukan oleh batang atas yang masing-masing tanaman masih
berhubungan dengan perakarannya. Tingkat keberhasilan sambung susu sangant
tinggi, tetapi pengerjaannya cukup sulit karena batang bawah harus disambungkan
ke cabang pohon induk batang atas yang biasanya berba tang tinggi. Oleh ka rena
itu, sambung susu hanya dianjurkan untuk tanaman yang memang sangat susah atau
tidak dapat diperbanyak dengan cara sambung pucuk atau okulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar