Jumat, 22 Juni 2012

PERBANYAKAN DAN PEMBIAKAN TANAMAN


PERSIAPAN MELAKUKAN PERBANYAKAN TANAMAN
A.     Pohon Induk
a.  Syarat Pohon Induk
Pohon induk dipilih dari tanaman yang sudah jelas asal-usul dan keunggulan sifatnya, baik dari segi pertumbuhan, kuantitas dan kualitas potensi produksi, maupun ketahannya terhadap serangan hama dan penyakit. Semua kriteria ini harus terpenuhi karena akan mempengaruhi kualitas bibit perbanyakan yang dihasilkan.
Sangat tidak dianjurkan memakai pohon induk yang sakit karena kemungkinan besar bibit perbanyakan yang dihasilkan juga akan membawa penyakit dari pohon induk. Selain itu, pohon induk juga harus dijaga dari kemungkinan terjadinya penyerbukan silang dengan tanaman lain yang tidak jelas asal usul dan keunggulan sifatnya. Jika ini terjadi, bibit perbanyakan yang dihasilkan akan memiliki keragaman sifat yang tinggi, tetapi belum tentu semuanya unggul.
b.  Mendapatkan Pohon Induk
Mendapatkan pohon induk bukanlah pekerjaan yang sulit, karena saat ini sudah banyak penangkar bibit dan toko pertanian yang menjualnya. Pohon induk yang dijual berasal dari tanaman varietas unggul nasional atau varietas komersial. Varietas unggul nasional adalah tanaman yang telah diakui keunggulan sifatnya oleh pemerintah, dan ditetapkan dengan surat keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan varietas. Contohnya mangga arumanis 143, belimbing dewi, durian montong, dan avokad BM Lebak. Sementara itu, varietas komersial adalah tanaman yang dikenal keunggulan sifatnya di pasaran, tetapi belum disahkan oleh pemerintah sebagai varietas unggul. 
Contohnya durian gajah dari Manado, belimbing tasikmadu dari Tuban, dan duku Palembang.
Selain membeli dari penangkar atau toko pertanian, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pohon induk.
1.  Melakukan Eksplorasi
Eksplorasi adalah kegiatan melacak ke berbagai tempat yang diduga menjadi sentra tumbuhnya tanaman unggulan yang memenui syarat untuk dijadikan pohon induk.
2.  Arena Kontes atau Lomba
Arena kontes atau lomba merupakan ajang memperkenalkan dan mempromosikan tanaman berpotensi unggul yang dimiliki oleh masyarakat umum, penangkar, atau hobiis. Cara ini banyak dilakukan oleh dinas-dinas pertanian di berbagai daerah untuk menjaring tanaman varietas unggulan.
Biasanya tanaman yang menjadi pemenang di kedua ajang ini disahkan dan dilepas oleh pemerintah sebagai varietas unggul nasional. Contohnya adalah durian petruk yang memenangi lomba durian yang digelar Dinas Pertanian Kabupaten Jepara dan belimbing dewi yang memenangi lomba buah unggul yang digelar Dinas Pertanian DKI.
3.  Introduksi
Introduksi adalah mendatangkan tanaman unggulan dari daerah lain, atau dari luar negeri. Cara ini biasanya dialkukan oleh para hobiis yang ingin cepat mendapatkan pohon induk.
A.     Bahan Tanam
Bahan tanam adalah bagia dari pohon induk yang digunakan untuk memperbanyak tanaman; baik untuk perbanyakan secara generatif atau untuk perbanyakan secara vegetatif. Bahan tanam harus berasal dari pohon induk yang sehat dan telah diketahui silsilahnya, mudah dibiakkan, produktivitas tinggi, berbatang kekar, tumbur normal, serta memiliki perakaran yang kuat dan rimbun.
a.  Bahan Tanam Untuk Perbanyakan Secara Generatif
Bahan tanam yang digunakan adalah biji. Biji yang dipilih yang berukuran besar, bernas atau padat, warnanya mengilap, bentuknya normal dan sempurna, serta segar dan sehat. Biji dengan spesifikasi seperti ini berasal dari buah yang tua atau matang pohon. Sementara itu, pemilihannya juga harusdisesuaikan dengan tujuan perbanyakan dan jenis tanamannya. 

-          Untuk bibit batang bawah, biji dipilih dari pohon induk yang memiliki sifat unggul dalam hal fisik seperti mudah dibiakkan, memiliki perakaran kuat, banyak, dan dalam serta berbatang kekar dan normal. Selain itu, pohon induk juga harus tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan, tahan serangan hama dan penyakit, gampang mengeluarkan buah dan berproduksi terus menerus serta berbiji cukup besar dan banyak agar daapt digunakan sebagai bahan perbanyakan kembali. 

-          Untuk pohon penghasil buah, biji dipilih dari pohon induk yang pertumbuhannya baik, buahnya lebat dan besar, percabangannya pendek, umurnya cukup tua, serta tahan serangan hama dan penyakit. 

-          Saat ini, biji untuk beberapa jenis tanaman palawija, sayuran, dan bunga potong sudah dapat dibeli di toko-toko pertanian. Biji-biji tersebut berasal dari produksi lokal seperti Panah merah, Kapal Terbang, Tugu Jogja, dan MGA, atau produksi impor dari Known You Seed Taiwan, Dan Taki’i Seed Jepang.
b.  Bahan Tanam Untuk Perbanyakan Secara Vegetatif
Bahan tanam untuk perbanyakan secara vegetatif sebaiknya berasal dari pohon induk yang telah diketahui silsilah, tingkat pertumbuhan, serta kualitas dan kuantitas produksi buahnya. Untuk setek, bagian vegetatif yang digunakan adalah batang, daun, akar, atau umbi.untuk cangkokan, rundukan, atau sambung susuan, bagian vegetatif yang digunakan adalah pohon induk secara keseluruhan. Sementara itu, bagian vegetatif yang digunakan untuk okulasi dan sambungan adalah entres, yakni cabang yang diambil dari bagian pucuk pohon induk.

PERBANYAKAN SECARA GENERATIF
Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Secara alami, proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau serangga. Namun saat ini, penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa varietas berbeda.
Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan secara generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya.
Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam, dari ratusan atau ribuan biji yang berasal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyakan tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada yang sifatnya sama atau bahkan lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya. Namun ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk jantang dan betina.
Kelemahan lainnya, pertumbuhan vegetatif tanaman hasil perbanyakan sec ara generatif jgua relatif lamban. Karena diawal pertumbuhannya, makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesis lebih banyak digunakan untuk membentuk batang dan tajuk tanaman. Akibatnya, tanaman memerlukan waktu yang lama untuk berbunga dan berbuah.
A.      Menyiapkan Biji
Setelah biji dikeluarkan dari buah atau polongnya, bersihkan daging buah dan lendir yang menempel agar tidak menjadi tempat tumbuhnya jamur. Untuk biji berukuran besar seperti biji mangga atau durian, pembersihan cukup dilakukan dengan mencucinya menggunakan air bersih. Sementara itu, untuk biji yang berukuran kecil seperti biji jambu atau biji yang terbungkus lapisan pembungkus (Pectin) seperti biji pepaya, pembersihan dilakukan dengan meremas-remasnya menggunakan abu gosok sampai lendirnya hilang, lalu di cuci dengan air bersih.
Setelah bersih, biji diseleksi dengan melihat penampilan fisiknya. Biji yang memenuhi syarat sebagai benih adalah biji yang padat dan bernas, bentuk dan ukurannya seragam, permukaan kulitnya bersih, serta tidak cacat. Kemudian, biji hasil seleksi fisik direndam dalam air. Pilih biji yang tenggelam karena ini menandakan daya kecambahnya lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang terapung. Biji-biji inilah yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara generatif.

Sementara itu, untuk mencegah serangan penyakit, rendam biji di dalam larutan fungsida dan bakterisida seperti Benlate atau  Dithane dengan dosis 2-3 gram/liter air. Bisa juga menggunakan larutan formalin 4%, atau Sublimat 1% dengan dosis sesuai dengan aturan yang tertera di label kemasan.
B.      Perlakuan Biji
Ada kalanya, biji yang disemai lambat berkecambah. Bahkan tidak berkecambah sama sekali, walaupun media semainya sudah cocok. Hal ini disebabkan oleh dormansi, yaitu keadaan terbungkusnya lembaga biji oleh lapisan kulit atau senyawa tertentu. Sebenarnya, dormansi merupakan cara embrio biji mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnyaproses perkecambahan. Berikut ini jenis-jenis dormansi biji dan cara mengatasinya.
a.  Dormansi Fisik
Dormansi fisik sering terjadi pada biji tanaman sayur dan beberapa jenis tanaman kehutanan seperti sengon, akasia, jambu mete, dan kaliandra. Penyebabnya adalah kulit biji yang tidak dapat dilewati air. Cara mengatasinya, siram dan rendam biji di dalam air panas selama 2-5 menit sampai kulitnya menjadi lebih lunak. Kemudian, rendam biji di dalam air dingin selama 1-2 hari agar air dapat menembus pori-pori kulit biji dan sampai ke emrionya.

b.  Dormansi Mekanis
Dormansi mekanis sering terjadi pada biji jati, kemiri, kenari, dan mangga. Penyebabnya adalah kulit biji yang terlalu keras, sehingga sulit ditembus calon akar dan tunas. Pada biji mangga, dormansi ini dapat diatasi denganmenyayat dan membuat kulit bijinya.
c.   Dormansi Kimia
Dormansi kimia sering terjadi pada biji yang mengandung lapisan pectin seperti biji pepaya. Penyebabnya adalah adanya kandungan zat tertentu di dalam biji yang menghambat perkecambahan. Cara mengatasinya, rendam biji di dalam larutan Atonik dengan dosis satu cc per dua liter air selama satu jam. Kemudian, peram biji dengan gulungan kain basah selama 24 jam.
C.      Penyemaian Biji
Biji dapat disemai secara massal atau disemai satu persatu. Jika disemai massal, wadah yang digunakan adalah bedengan. Jika disemai satu persatu, wadah yang digunakan adalah wadah-wadah kecil seperti kotak kayu, polibag, pot plastik, keranjang kayu (besek), atau gelas bekas kemasan air mineral.
a.  Penyemaian Di Bedengan
Biji yang biasa disemai di bedengan adalah biji buah-buahan berukuran besar seperti mangga, avokad, nangka, cempedak, durian, atau tanaman kehutanan yang memerlukan banyak bibit dalam pembudidayaannya sehingga tidak efisien jika disemai di dalam wadah-wadah kecil.
Lahan untuk bedeng semai dipilih yang permukaan tanahnya relatif rata, sistem drainasenya baik, dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Kemudian diolah dengan cara dicangkul sedalam 25-30 cm, lalu haluskan dan bersihkan dari gulma, sampah, serta bebatuan. Setelah itu, buat bedeng semai dengan lebar 100 cm dan tinggi30 cm atau lebih. Panjang bedeng semai disesuaikan dengan kebutuhan dan luas lahan.
Sebaiknya bedeng semai dibuat di tempat terbuka dan menghadap ke arah utara-selatan agar mendapat sinar matahari penuh, terutama di pagi hari untuk membantu mempercepat perkecambahan biji yang disemai.
1.     Untuk tanaman sayur dan tanaman hias, bijinya cukup ditebar di atas permukaan bedeng semai, lalu ditutup lapisan tanah secara tipis agar tidak terbawa air saat penyiraman atau ketika turun hujan. Untuk menghindari serangan hama. Taburkan insektisida dan nematisida berbahan aktif karbofuran diatas permuakaan bedeng.
2.    Untuk tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan, bijinya dimasukkan ke dalam lubang tanam yang dibuat sedalam 7,5 cm dengan pola jarak 5-10 cm × 7,5-10 cm. perlu diperhatikan, peletakan biji berukuran besar seperti biji durian, mangga, nangka, atau avokad harus dengan posisi yang tepat. Bagian sisi calon tunas dan akr harus menghadap ke bawah. Jika terbalik, pertumbuhan akar dan batang membengkok sehingga mengganggu pertumbuhan bibit.

PERBANYAKAN SECARA VEGETATIF
Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan pohon tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya. Kelemahan lain, tidak dapat menghasilkan bibit secara massal jika cara perbanyakan yang digunakan cangkokan atau rundukan. Untuk menghasilkan bibit secara masal, sebaiknya dilakukan dengan setek. Namun, tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara setek dan tingkat keberhasilannya sangat kecil. Terlebih jika dilakukan oleh hobiis atau penangkar pemula.
A.      Cangkok (Air Layerage)
Keunggulan cangkok adalah mudah dilakukan, dan tingkat keberhasilannya tinggil. Selain itu, tanaman yang dihasilkan dapat mewarisi 100% sifat pohon induknya. Namun, tanaman hasil cangkok memiliki kelemahan, yaitu percabangannya tidak lebar dan tidak kompak, serta produktivitas buahnya terbatas. Selain itu, tanaman hasil cangkok tidak memiliki sistem perakaran yang kuat karena tidak memiliki akar tunggang, dan serabut-serabut akarnya juga tidak rimbun. Akibatnya, tanaman mudah roboh saat tertiup angin kencang, dan tidak kuat menghadapi kekeringan saat musim kemarau.
Cangkok sangat cocok dilakukan pada tanaman buah-buhan yang batangnya berkayu, seperti mangga, jeruk, jambu biji, jambu air, belimbing manis, lengkeng, serta tanaman hias seperti bugenvil, mawar dan kemuning. Sementara itu, dengan cara yang berbeda, beberapa tanaman tidak berkayu seperti salak, pepaya, dan beberapa jenis tanaman hias seperti dieffenbachia dan aglonema juga dapat diperbanyak dengan cangkok.
a.  Mencangkok Tanaman Berkayu
Pohon induk yang dicangkok harus cukup umur, kuat, bercabang banyak, serta tidak terserang hama dan penyakit. Idealnya, pohon induk sudah berbuah sedikitnya tiga kali agar kualitas buah dapat diketahui dengan pasti. Pohon induk yang sedang sakit, sebaiknya jangan dicangkok karena akan mati setelah cabang cangkokan dipotong.
B.      Rundukan
Rundukan sering disebut cangkok tanah atau cangkok runduk karena dilakukan dengan merundukkan cabang pohon induk sampai menyentuh tanah, lalu menutupnya dengan media. Pada dasarnya, cara rundukan sama dengan mencangkok, yaitu membungkus bagian tanaman dengan media untuk menumbuhkan akar. Namun, cara rundukan tidak memerlukan pembungkus. Perbanyakan ini memiliki tingkat keberhasilan 100% karena cabang yang diperbanyak tetap mendapatkan asupan makanan dari pohon induknya.
Tanaman yang biasa diperbanyak dengan rundukan adalah tanaman yang bercabang panjang dan lentur seperti murbai, stroberi, apel, mawar, dan azalea. Selain itu, jgua tanaman menjalar dan merambat seperti labu kuning dan labu air. Secara alami tanaman-tanaman tersebut dapat melakukan perbanyakan sendiri saat bagian tanamannya terkulai menyentuh tanah. Lama-kelamaan, dari bagian tersebut akan tumbuh tunas. Jika dipotong dan ditanam lagi dapat tumbuh menjadi tanaman baru yang produktif.
C.      Setek
Setek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cuttoge (bahasa Inggris)) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Bagian tanaman yang ditanam dapat berupa akar, batang, daun, atau tunas.
Perbanyakan dengan setek mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan dan teknik yang rumit. Keunggulan teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanam yang tersedia sangat terbatas. Namun, tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan setek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari pohon induknya saja yang dapat diperbanyak dengan teknik ini, misalnya, anggur, kedondong, sukun, jambu air, markisa, alpukat, dan beberapa jenis jeruk, serta tanaman hias seperti aglonema, dieffendbachia, dan mawar.
a.  Setek Batang
Disebut setek batang karena bahan tanamnya diambil dari batang atau cabang pohon induk.
Entres untuk setek batang harus berasal dari pohon induk yang sehat dan tidak sedang bertunas. Pilih cabang yang telah berumur satu tahun, berdaun hijau tua, berkulit cokelat muda, dan jika kulit arinya dikelupas masih terlihat berwarna hijau. Cabang seperti ini memiliki kandungan hormon pertumbuhan (auxin), nitrogen, dan karbohidrat tinggi, sehingga akan cepat menumbuhkan akar. Cabang yang terlalu tua tidak baik digunakan untuk bahan setek karena sangat sulit menumbuhkan akar. Sementara itu, cabang yang terlalu muda cepat layu dan mati kekeringan karena penguapannya berlangsung cepat.
Cabang setek minimal berdiameter sekitar 1 cm, diambil dari bagian tengah cabang kira-kira 0,5 cm dibawah mata tunas yang paling bawah dan 1 cm dari mata tunas paling atas. Kemudian cabang dipotong-potong sepanjang 15-20 cm dengan 3-4 mata tunas disetiap potongan. Pemotongan cabang dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan gunting setek atau pisau yang tajam. Jika pisau tidak tajam, permukaan potongan menjadi kasar, memar, dan rusak sehingga sulit membentuk kalus  yang berperan dalam menutupi luka. Akibatnya, bibit penyakit dapat masuk kebagian yang dipotong dan membusukkan pangkal setek.
Kadang-kadang setek batang yang ditanam sulit mengeluarkan akar sehingga perlu diberi perlakuan khusus. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar setek batang.  
b.  Setek Akar
Bahan setek akar harus berupa akar lateral, yaitu akar yang tumbuh ke arah samping sejajar dengan permukaan tanah. Sebaiknya pilih akar muda yang berukuran satu cm atau sebesar pensil karena lebih cepat memunculkan akar dibandingkan dengan akar tua. Untuk tanaman besar berbentuk semak atau pohon, pengambilan akar dilakukan dengan melubangi tanah sampai akar-akarnya kelihatan. Kemudian ambil akar yang diperlukan, lalu lubang di tutup kembali dengan tanah. Sementara itu, untuk tanaman kecil, pengambilan akar dilakukan dengan mencabut tanaman tersebut, lalu memotong akar yang diperlukan. Setelah itu, tanaman ditanam kembali.
Akar yang telah diambil kemudian dipotong-potong sepanjang 5-10 cm menggunakan silet atau pisau tajam agar menghasilkan potongan yang bersih dan rata. Bagian akar yang dekat dengan pangkal batang dipotong secara serong, sementara itu, bagian ujungnya dipotong datar, lalu taburi dengan fungisida untuk mencegah serangan jamur.
c.   Setek Daun
Setek daun dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias yang berbatang sukulen, berdaun tebal, dan memiliki kandungan air tinggi. Contohnya begonia, sansevieria, violces, wijayakusuma, Zamea curcas, dan sosor bebek. Bahan setek dapat berupa daun utuh, atau hanya berupa potongan potongan daun, tergantung pada jenis tanamannya. Untuk violces (Saintpaulia sp.) dan Zamea curcas digunakan daun lengkap. Untuk begonia (Begonia sp.) digunakan daun lengkap atau hanya berupa irisan-irisan daun. Sementara itu, untuk lidah mertua (Sanservieria sp.) yang digunakan adalah potongan potongan daun sepanjang 10 cm. daun untuk setek sebaiknya yang berwarna hijau segar dan berumur cukup tua. Daun seperti ini memiliki karbohidrat dan nitrogen cukup tinggi sehingga cukup untuk menumbuhkan akar.
d.  Setek Mata Tunas
Setek mata tunas biasanya dilakukan untuk memperbanyak nanas, anggur, dan tanaman hias seperti dieffenbachia serta aglonema. Batang untuk setek mata tunas diambil dari batang tanaman induk yang sehat dan subur, lalu dipotong-potong sepanjang 2-4 cm. setiap potongan batang harus memiliki satu mata tunas yang bentuknya besar dan bulat. Kemudian, pangkal dan ujung setek dipotong miring dengan sudut kemiringan 45°, lalu dioleskan Rootone-F untuk merangsang tumbuhnya akar. Cara lain untuk menumbuhkan akar adalah dengan merendam setek di dalam larutan Atonik dengan konsentrasi 1-2 cc/liter air.
Setek disemai dalam polibag atau kotak kayu berisi media berupa campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 1 : 1. caranya dengan meletakkan setek pada permukaan media, lalu ditutup dengan lapisan p asir. Namun, posisi mata tunas harus tetap berada di permukaan media. Jika mata tunas tertutup media,  setek akan membusuk dan tidak menumbuhkan akar dan tunas baru. Siram media sampai basah, lalu tutup dengan plastik bening atau kaca tembus cahaya.




PERBANYAKAN SECARA GENERATIF-VEGETATIF

Perbanyakan secara generatif-vegetatif dilakukan dengan menggunakan campuran dua bahan tanam, yaitu bibit asal biji dan bagian vegetatif seperti mata tunas atau pucuk dari tanaman lain. Bibit asal biji dijadikan batang bawah untuk menopang pertumbuhan bagian vegeta tif yang dijadikan seb agai batang atas. Perbanyakan secara generatif-vegetatif dilakukan dengan dua cara, yaitu sambungan (grafting) dan tempelan (okulasi).
Keunggulan teknik ini adalah tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran yang kuat dan lebat serta menghasilkan buah yang serupa dengan pohon induknya sehingga sangat cocok diterapkan pada tanaman buah-buahan. Namun, teknik perbanyakan secara generatif-vegetatif jgua memiliki beberapa ke lemahan, yaitu hanya dapat dilakukan pada tanaman-tanaman berkayu, memerlukan biaya yang cukup besar karena memerlukan banyak bibitbiji dan sekaligus pohon induk untuk batang atasnya, serta membutuhkan keterampilan teknik yang baik untuk melakukannya agar tingkat keberhasilannya tinggi.
Teknik generatif-vegetatif biasa dilakukan oleh penangkar tanaman karena dari satu pohon induk dapat diambil ratusan, bahkan ribuan mata tunas atau pucuk tanaman yang akan dijadikan tanaman baru. Selain itu teknik perbanyakan ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan nilai jual suatu tanaman, misalnya dengan membuat tanaman “Six in One”, yaitu satu pohon dapat menghasilkan enam jenis rasa buah yang berbeda.
A.      Okulasi (Budding)
Okulasi berasal dari bahasa Belanda oculatie yang artinya menempel. Sebelum melakukan okulasi, siapkan perlengkapan berupa pisau sayat, silet atau pisau cutter, dan pita plastik atau tali rafia untuk mengikat bidang okulasi. Siapkan juga calon batang bawah dan batang atasnya. Calon batang bawah harus dipilih yang kondisinya sehat, pertumbuhannya baik, cukup umur, batang utamanya telah berwarna kecokelatan serta mulai berkayu. Sementara itu, entres berupa mata tunas untuk calon batang atas diambil dari induk yang sehat; kualitas buahnya baik; serta dipilih dari cabang atau ranting yang masih muda, tidak terserang penyakit, dan berwarna hijau kelabu atau kecokelatan.
B.      Sambungan (Grafting)
Penyambungan (grafting) dilakukan dengan menyisipkan batang atas ke batang b awah. Berbeda dengan okulasi yang hanya menggunakan satu mata tunas sebagai calon batang atasnya, grafting menggunakan seluruh bagian pucuk tanaman sepanjang 7,5 – 10 cm. ada tiga cara grafting yang biasa dilakukan.
a.  Sambung Pucuk
Dinamakan sambung pucuk karena batang atas disambungkan di ujung atas batang bawah.
b.  Sambung Samping
Sambung samping dilakukan dengan menyambungkan potongan pucuk batang atas ke bagian sisi batang bawah yang pucuknya tidak dipotong. Dibandingkan dengan sambung pucuk, perbanyakan ini memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi karena batang bawah masih memiliki tajuk yang lengkap sehingga proses fotosintesis untuk menghasilkan zat-zat makanan dapat berlangsung dengan baik. Perlu diperhatikan, diameter pucuk batang atas harus lebih kecil dari pada diameter batang bawah agar proses pertautan tidka terganggu. Jika batang atasnya lebih besar, tidak akan menempel erat pada batang bawah.

c.   Sambung Susu
Dinamakan sambung susu (approach grafting) karena saat penyambungan batang bawah seperti digendong dan disusukan oleh batang atas yang masing-masing tanaman masih berhubungan dengan perakarannya. Tingkat keberhasilan sambung susu sangant tinggi, tetapi pengerjaannya cukup sulit karena batang bawah harus disambungkan ke cabang pohon induk batang atas yang biasanya berba tang tinggi. Oleh ka rena itu, sambung susu hanya dianjurkan untuk tanaman yang memang sangat susah atau tidak dapat diperbanyak dengan cara sambung pucuk atau okulasi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar