IDENTIFIKASI
TANAMAN DAN PERTUMBUHANNYA
MUSLIADI
BAKO
111110932
PROGRAM
STUDY AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH
TINGGI ILMU PERTANIAN
YAYASAN
SYECH HAMZAH FANSYURI
ACEH
SINGKIL
2012
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Selama
hidupnya tumbuhan mengalami 2 (dua) macam pertumbuhan, yaitu pertumbuhan primer
dan sekunder. Pertumbuhan primer adalah pertambahan substansi sel pada jaringan
meristem primer, seperti ujung batang dan ujung akar yang mengakibatkan
pertumbuhan memanjang. Pertumbuhan sekunder adalah pertambahan substansi sel
pada jaringan meristem sekunder, yaitu kambium yang mengakibatkan pertumbuhan
membesar pada batang.
Kedua macam pertumbuhan tersebut baik pertumbuhan primer
maupun pertumbuhan sekunder sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yang sama
seperti oleh; system produksi tanaman, tanah sebagai tempat tumbuh tanaman, air sebagai unsur
essensial bagi tanaman, cuaca sebagai faktor penting bagi tanaman, dan
biotik-biotik dan abiotik dengan biotik sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman
Secara spesifik pertumbuhan tanaman
dipengaruhi oleh factor Eksternal dan internal seperti;
Faktor Eksternal :
1. Iklim; cahaya, temperature, air,
panjang hari, angina dan gas.
2. Edafatik (tanah); tekstur, struktur,
bahan organic, dan kapasitas pertukaran kation.
3. Biologis; gulma, serangga, organisme penyebab penyakit,
nematoda, macam-macam tipe herbivora,
dan mikro organisme tanah.
Faktor Internal:
1. Ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis.
2. Laju fotosintesis.
3. Respirasi
4. Klorofil, karotein, dan kandungan pigmen lainnya.
5. Pembagian hasil asimilasi N.
6. Tipe dan letak meristem.
7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan.
8. Aktivitas enzim.
9. Pengaruh langsung gen ( Heterosis, epistasi ) dan
10.Differensiasi
B. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah menyelesaikan modul/bahan ajar ini peserta diklat mampu:
2. Menjelaskan system produksi tanaman
3. Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
4. Menjelaskan air sebagai unsure esensial bagi tanaman
5. Menjelaskan cuaca sebagai factor penting bagi tanaman
6. Menjelaskan biotic-biotik dan abiotik dengan biotic sebagai factor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
A.
Kegiatan Pembelajaran 1: Mengidentifikasi Tanaman dan
Pertumbuhannya
Lembar
Informasi 1: Menjelaskan Sistem Produksi Tanaman
1. Lembar
Informasi
a.
Input
Sistem Produksi
Sistem adalah sekumpulan bagian yang mempunyai
kaitan satu dengan yang lain, terorganisir, berinteraksi, yang secara
bersama-sama bereaksi menurut pola tertentu terhadap input dengan
tujuan menghasilkan output. Agribisnis adalah keseluruhan rangkaian pertanian
komersial yang mencakup pengadaan dan pendistribusian sumberdaya sarana
produksi dan jasa, , kegiatan produksi pertanian, penanganan, penyimpanan dan
transformasi hasil, pemasaran hasil dan hasil olahan.
Gambar
1. Produksi Pertanian
Sedangkan Agroindustri adalah sub-sistem dari
agribisnis yang mencakup kegiatan pasca panen dan pengolahan, penanganan,
sortasi, pengkelasan, pengemasan, pemberian label dan penyimpanan yang terdapat
dalam kegiatan transformasi produk dan pemasaran. Sistem Produksi Tanaman
sebenarnya adalah Subsistem dari Sistem Agribisnis yang menyangkut
pengorganisasian dalam produksi tanaman.
Sub sistem ini mencakup kegiatan
pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer
pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi,
komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi
primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable
(lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan
cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya
alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang
berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer
yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian
ekonomi terbuka.
Ada perubahan paradigma dalam memandang sistem
produksi tanaman: (1) Sistem produksi suatu jenis
tanaman bukan hanya sekedar kemampuan untuk “menghasilkan sebanyak-banyaknya”
atau sekedar pencapaian suatu target, (2) Pilihan
tanaman yang akan diusahakan harus memperhatikan dan mengutamakan daya dukung
sumber daya alam, keserasian dan kelestarian; (3) Prinsip
dalam produksi harus berorientasi pasar.
Ada beberapa sistem produksi pertanian yang berkembang di Indonesia. Tugas kita
adalah mencari, memahami dan menganalisis sistem-sistem tersebut untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangannya, serta penerapan sistem tersebut terkait
dengan komoditas dan agroekologi.
b.
Proses
Sistem Produksi Tanaman
Prinsip produksi tanaman pada
tingkat tanaman adalah meningkatkan kemampuan yang tinggi dari tanaman untuk
menghasilkan fotosintat dan mengalokasikan sebagian besar fotosintat ke organ
bernilai ekonomi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, proses
fisiologi, teknik budidaya.
Dalam produksi tanaman untuk masa kini dan masa depan akan banyak hal yang
harus dihadapi terkait dengan perubahan selera konsumen, kondisi sosial
ekonomi, dan agroekologi. Tantangan yang harus dijawab oleh para ilmuwan
pertanian:
1) Bagaimana menghasilkan produk
pertanian dengan harga yang wajar bagi bagi populasi yang terus bertambah.
2) Bagaimana meningkatkan hasil per
satuan luas (produktivitas); karena perluasan areal sudah semakin sulit.
3) Bagaimana menghasilkan lebih
banyak produk pertanian dengan menggunakan air lebih sedikit.
4) Bagaimana menghasilkan produk
pertanian yang lebih aman, bermutu dan bernilai bagi konsumen.
5) Bagaimana menghasilkan produk
pertanian tanpa menurunkan potensi sumberdaya lahan dan lingkungan
6) Bagaimana cara menjamin
ketersediaan yang kontinyu produk pertanian yang secara alami bersifat musiman
Gambar 2. Produk
pertanian yang lebih aman,
bermutu dan bernilai bagi konsumen
7) Bagaimana menghasilkan produk pertanian
yang mensejahterakan petani.
8) Bagaimana meningkatkan daya saing global pertanian Indonesia. Seperti diuraikan di
atas, daya saing produk pertanian akan ditentukan oleh kuantitas, kualitas,
keamanan, kontinyuitas pasokan, ketepatan delivery, kompetitif dalam harga, dan
adanya traceability (6K+T).
9) Tugas kita adalah mendalami
prinsisp produksi tanaman dan mencoba menjawab tantangan di atas.
c.
Output
Sistem Produksi Tanaman
Manajemen Produksi adalah suatu
pengelolaan (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian) proses
pengubahan/konversi dari sumberdaya yang merupakan input menjadi barang atau
jasa (sebagai output) yang dilakukan
oleh suatu organisasi berdasarkan tujuannya.
Tanaman
adalah tumbuhan yang sudah dibudidayakan. Sedangkan Tanaman Pertanian adalah
segala tanaman yang digunakan manusia untuk tujuan apapun, yang berfaedah yang
secara ekonomi cocok dengan rencana kerja dan eksistensi manusia dan dikelola
sampai tingkat tertentu. Produksi tanaman adalah pengelolaan tanaman yang
bermanfaat. Ilmu yang mempelajari produksi tanaman adalah Agronomi. Sehingga
Agronomi adalah ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan
lingkungannya untuk memperoleh produksi yang maksimum dan lestari. Secara lebih
rinci Budidaya Tanaman adalah pengelolaan sumberdaya nabati dengan melakukan
rekayasa terhadap lingkungan tumbuh, potensi genetik dan potensi fisiologinya
dalam kegiatan produksi tanaman dan penanganan hasil dengan tujuan untuk
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, bahan baku industri, obat-obatan dan
rempah, serta kenyamanan hidup. Orientasi budidaya tanaman adalah produksi
maksimum dan mempertahankan sistem produksi yang berkelanjutan.
2. Lembar
Kerja
Mengenal Sistem Produksi
Tanaman Hortikultura (Sayuran)
a.
Pendahuluan
Untuk dapat memproduksi suatu hasil tanaman hortikultura
diperlukan suatu system produksi melalui tiga cara atau metoda budidaya yang
masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri, untuk itu diperluakan suatu
kegiatan praktek yang dapat membedakan karakteristik masing-masing metoda
produksi tanaman tersebut
b.
Tujuan
Peserta
diklat mampu mengidentifikasi tiga metoda untuk penerapan sistem produksi
tanaman
c.
Alat
dan Bahan
1)
Kertas
Koran
2)
Spidol
3)
Referensi
metoda budidaya tanaman hortikultura
d.
Langkah
Kerja
1)
Pelajari
karakteristik/ciri-ciri tiga metoda budidaya tanaman (konvensional, hidroponik,
dan organik)
2)
Buat
3-4 kelompok diskusi, diskusikan
masing-masing metoda tersebut,
3)
Deskripsikan
masing-masing metoda pada kertas Koran
4)
Presentasikan
hasil diskusi tersebut
e. Lembar
evaluasi
a.
Jelaskan
apa yang dimaksud dengan sistem! (bobot 5)
b.
Jelaskan
pengertian dari system agribisnis! (10)
c.
Jelaskan
bagaimana keterkaitan antara sistem agribisnis dan sistem produksi tanaman!
(10)
d.
Pilihan tanaman yang akan diusahakan harus memperhatikan dan mengutamakan
daya dukung sumber daya alam, keserasian dan kelestaria, uraikan pendapat Anda
tentang kalimat tersebut! (25)
e.
Prinsip dalam produksi harus berorientasi pasar , jelaskan pendapat Anda!
(25)
Kegiatan Pembelajaran 2
Lembar
Informasi 2: Menjelaskan Tanah Sebagai Tempat Tumbuh Tanaman
1. Lembar
Informasi
a.
Pengertian Tanah
Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi
antara litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) and atmosfer. Tanah adalah
tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan manusia.
Gambar 3. Tanah Tempat Tumbuh Tanaman
Tanah
berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme, membentuk
tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal
sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam
yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizon
dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi
yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Hans
Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis yang bekerja di Amerika
Serikat, dalam bukunya Factors of Soil Formation (1941) mengajukan konsep
pembentukan tanah sebagai:
S = f(cl, o, r, p, t).
S
adalah Soil (Tanah), cl = climate (iklim), o = organism, r = relief
(topografi), p = parent material (bahan induk atau batuan), t = time (waktu).
Selain mempelajari faktor dan proses pembentukan tanah, ilmuwan tanah juga mempelajari sifat-sifat dan proses-proses fisika, kimia dan biologi dalam tanah. Sehingga lahirlah disiplin-disiplin
Selain mempelajari faktor dan proses pembentukan tanah, ilmuwan tanah juga mempelajari sifat-sifat dan proses-proses fisika, kimia dan biologi dalam tanah. Sehingga lahirlah disiplin-disiplin
1) Pedologi,
2) Fisika
tanah
3) Kimia
tanah
4) Biologi
tanah
5) Konservasi
tanah
6) Mekanika
tanah
7) Pemetaan
dan survey tanah
8) Pedometrika
Tanah
adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat penting. Tidak mungkin ada
kehidupan di permukaan bumi tanpa adanya tanah. Berbagai produk tanaman
dihasilkan dari tanah, dan produk itu digunakan oleh manusia dan hewan sebagai
sumber bahan pangan, pakaian dan bahan bangunan. Meskipun teknologi budidaya
tanaman demikian maju, contohnya dengan sistem hidroponik atau aeroponik yang
luas, namun tanah sebagai media tumbuh sulit ditinggalkan.
Suatu
bencana besar muncul bagi makhluk hidup jika tanah sebagai media tumbuh tanaman
mengalami “kerusakan”, dalam arti tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan
tanaman. Hal ini dapat terjadi kalau manusia tidak mampu atau lalai mengelola
tanah dengan cara yang benar, baik karena tidak dimilikinya ilmu pengetahuan
tentang tanah atau bisa juga karena rendahnya rasa tanggungjawab pengguna
tanah/lahan.
Bagaimana
cara mengelola tanah dengan tepat dan benar sehingga tidak mudah menjadi rusak
dan fungsinya dapat berkesinambungan, khususnya dalam produksi bahan sandang
pangan dan bahan bangunan, serta pengendali lingkungan hidup, maka perlu
mempelajari tanah secara ilmiah yang mencakup antara lain tentang sifat dan
watak, potensinya, usaha pencegahan kerusakan, teknologi pengelolaan, teknologi
pemetaan sebaran tanah, serta evaluasi lahan untuk berbagai penggunaan.
Pemafactor
biotik/abiotik n tanah sebagai media tumbuh tanaman pertama kali dikemukakan
oleh Dr. H. L. Jones dari Cornell University Inggris (Darmawijaya, 1990), yang
mengkaji hubungan tanah pada tanaman tingkat tinggi untuk mendapatkan produksi
pertanian yang seekonomis mungkin. Kajian tanah dari aspek ini disebut
edaphologi (edhapos = bahan tanah subur), namun pada realitasnya kedua definisi
selalu terintegrasi. Kajian Edhapologi ini antara lain meliputi Kesuburan
tanah, Konservasi Tanah dan Air, Agrohidrologi,Pupuk dan Pemupukan, Ekologi
Tanah dan Bioteknologi Tanah, sedangkan yang merangkum kajian Pedologi dan
Edhapologi sekaligus atara lain meliputi Pengolahan Tanah dan Air, Evaluasi
Kesesuaian Lahan dan Tata Guna Lahan, Pengelolaan Tanah Rawa, Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Menurut
Kemas Ali Hanafiah, tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman
didefinisikan sebagai “lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman
dan penyuplai kebutuhan air dan udara secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan
lain-lain) dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman
pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Dasar-dasar ilmu
tanah, 2009:4)”.
b. Fungsi
Tanah
Atas
dasar definisi yang telah dibahas maka tanah sebagai media tumbuh mempunyai
empat fungsi utama, yaitu :
1)
Tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran yang mempunyai dua peran utama, yaitu :
a)
Penyokong
tegak tumbuhnya trubus (bagian atas) tanaman
b)
Sebagai
penyerap zat-zat yang dibutuhkan tetanaman
2)
Penyedia
kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya, baik selama pertumbuhan
maupun untuk berproduksi, meliputi air, udara dan unsur-unsur hara
3)
Penyedia
kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya supaya
berlangsung optimum, meliputi zat-zat aditif yang diproduksi oleh biota
terutama mikroflora tanah seperti :
a)
Zat-zat
pemacu tumbuh (hormone, vitamin dan asam-asam organic khas)
b)
Antibiotik
dan toksin yang berfungsi sebagai anti factor biotik/abiotik -penyakit tanaman
di dalam tanah dan
c)
Senyawa-senyawa
atau enzim yang berfungsi dalam penyediaan kebutuhan primer tersebut atau
transformasi zat-zat toksik eksternal seperti pestisida dan limbah industry
berbahaya
4)
Habitat
biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak
langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut,
maupun yang berdampak negative karena merupakan factor biotik/abiotik -penyakit
tanaman.
Fungsi-fungsi
tanah yang sedemikian vitalnya dalam penyediaan bahan pangan, papan dan sandang
bagi manusia (juga bagi hewan) ini membawa konsekuensi bahwa seorang ahli tanah
tidak saja dituntut untuk berpengetahuan tantang tanah sebagai tempat tumbuh
dan penyedia kebutuhan tanaman, tetapi juga harus memahami fungsi tanah sebagai
pelindung tanaman dari serangan factor biotik/abiotik -penyakit dan dampak
negatif pestisida maupun limbah industri berbahaya.
Tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran
Penyedia
kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti factor biotik/abiotik ; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara)
Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti factor biotik/abiotik ; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara)
Sebagai
habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau
tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut,
maupun yang berdampak negatif karena merupakan factor biotik/abiotik & penyakit tanaman.
Fungsi
Utama Tanah Sebagai Media Tumbuh
Bahan
organik dan mineral tanah terutama berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara bagi tetanaman dan biota tanah. Bahan mineral melalui bentuk
partikel-partikelnya merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja
berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk
berpenetrasi makin sedikit ruang pori ini akan makin tidak berkembang sistem
perakaran tanaman. Bahan organik merupakan sumber energi, karbon dan hara bagi
biota heterotrofik (pengguna senyawa organik), sehingga BOT (bahan organik
tanah) akan sangat menentukan populasi da aktivitasnya dalam membebaskan
hara-hara tersedia yang dikandung BOT. makna terpenting dari makin berkembang
sistem perakaran ini adalah makin banyak hara dan air yang diserap tanaman,
sehingga makin terjamin kebutuhannya selama proses pertumbuhan dan produksinya
dan akhirnya makin produktif suatu areal lahan.
c. Profil
Tanah
Profil
Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan
induk tanah. Profil dari tanah yang
berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison sbb: O –A – E – B – C – R.
Solum
Tanah terdiri dari: O – A – E – B
Lapisan
Tanah Atas meliputi: O – A
Lapisan
Tanah Bawah : E – B
Keterangan:
O : Serasah / sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa)
O : Serasah / sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa)
A : Horison
mineral ber BOT tinggi sehingga berwarna agak gelap
E : Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar (BOT, liat silikat, Fe dan Al) rendah tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi, berwarna terangB : Horison illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci dari harison diatasnya (akumulasi bahan eluvial) : Lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk (R) atau belum terjadi perubahan
R : Bahan Induk tanah
E : Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar (BOT, liat silikat, Fe dan Al) rendah tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi, berwarna terangB : Horison illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci dari harison diatasnya (akumulasi bahan eluvial) : Lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk (R) atau belum terjadi perubahan
R : Bahan Induk tanah
Secara
vertikal tanah berdifferensiasi membentuk horizon-horizon (lapiasan-lapisan)
yang berbeda-beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan warnanya, maupun
karakteristik fisik kimiawi, dan biologis masing-masingnya sebagai konsekuensi
bekerjanya faktor-faktor lingkungan terhadap bahan induk asalnya maupun
bahan-bahan eksternal, berupa bahan organik sisa-sisa biota yang hidup di
atasnya dan mineral nonbahan-induk yang berasal dari letusan gunung api, atau
yang terbawa oleh aliran air. Susunan horizon-horizon tanah dalam lapisan
permukaan bumi stebal 100-120 cm disebut sebagai profil tanah.
Tanah
mineral yang dapat berfungsi sebagai media tumbuh ideal secara material
tersusun oleh 4 komponen, yaitu bahan padatan (mineral dan bahan organik), air
dan udara. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara rerata terdiri dari :
·
50
% padatan, berupa 45 % bahan mineral dan 5 % bahan organik, dan
·
50
% ruang pori, berisi 25 % air dan 25 % udara, seperti tertera pada gambar
berikut.
Gambar
1. Sketsa proporsi komponen-komponen tanah mineral
d. Kegunaan Profil Tanah
1)
untuk
mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan Tanah Atas = O – A) dan solum tanah
(O – A – E – B). Kedalaman lapisan oleh atau solum
tanah yang merupakan indikator potensi kedalaman akar tanaman untuk berpentrasi,
makin dangkal berarti makin tipis sitem perakarannya sehingga makin besar bobot
atau tinggi tanaman akan makin mudah makin tumbuh tanaman untuk tumbang
2)
Kelengkapan atau differensiasi horison pada
profil. Kelengkapan
atau difrensiasi horizon pada profil tanah merupakan indikator umur tanah atau
proses-proses pembentukan (genesis) yang telah dilaluinya, makin lengkap
berdifrensiasi horizon-horizon tanah berarti makin tua umur tanah, namun
kelengkapan umur tanah, namun kelengkapan atau diferensiasi horizon ini akan
makin berkurang atau makin baur apabila tanah mengalami erosi.
3)
Warna
Tanah. Warna
tanah merupakan indikator sifat kimiawi tanah.
e. Komponen
Tanah
4 komponen penyusun tanah :
(1) Bahan Padatan berupa bahan mineral
(2) Bahan Padatan berupa bahan organik
(3) Air
(4) Udara
Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45%
bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air dan 25% udara.
f. Sifat
Kimia Tanah
Beberapa sifat kimia tanah
yang penting diketahui, meliputi:
(a) reaksi tanah atau pH tanah,
(b) koloid tanah,
(c) kandungan C-organik tanah,
(d) N-total tanah,
(e) C/N tanah,
(f) P-total tanah,
(g) P-tersedia tanah,
(h) kation-kation basa tanah, meliputi: K, Na, Ca, dan Mg,
(i) kation asam tanah, meliputi: Al, Fe dan H,
(j) kapasitas tukar kation total tanah atau KTK-total tanah,
(k) kapasitas tukar kation efektif tanah atau KTK-efektif tanah,
(l) kejenuhan basa tanah (%),
(m) kejenuhan aluminium tanah (%), dan
(n) kandungan bahan organik tanah.
(a) reaksi tanah atau pH tanah,
(b) koloid tanah,
(c) kandungan C-organik tanah,
(d) N-total tanah,
(e) C/N tanah,
(f) P-total tanah,
(g) P-tersedia tanah,
(h) kation-kation basa tanah, meliputi: K, Na, Ca, dan Mg,
(i) kation asam tanah, meliputi: Al, Fe dan H,
(j) kapasitas tukar kation total tanah atau KTK-total tanah,
(k) kapasitas tukar kation efektif tanah atau KTK-efektif tanah,
(l) kejenuhan basa tanah (%),
(m) kejenuhan aluminium tanah (%), dan
(n) kandungan bahan organik tanah.
g. Fisika
Tanah
Fisika
tanah adalah cabang dari ilmu tanah yang membahas sifat-sifat fisik tanah,
pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisika yang terjadi
dalam tanah. Karena pengertian fisika meliputi materi dan energi, maka fisika
tanah membahas pula status dan pergerakan material serta aliran dan
transformasi energi dalam tanah.
Tujuan
Fisika tanah dapat dilihat dari 2 sisi:
• Dalam
satu sisi, tujuan kajian fisika tanah adalah untuk memberikan pemafactor
biotik/abiotik n dasar tentang mekanisme pengaturan perilaku (fisika dan
kimiawi) tanah, serta perannya dalam biosfer, termasuk proses saling hubungan
dalam pertukaran energi di dalam tanah, serta siklus air dan material yang
dapat diangkutnya.
• Pada
sisi lainnya, pemafactor biotik/abiotik n fisika tanah dapat digunakan sebagai
asas untuk manajemen sumberdaya tanah dan air, termasuk kegiatan irigasi,
drainasi, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah dan konstruksi.
Oleh
karena itu fisika tanah dapat dipandang sebagai ilmu dasar sekaligus terapan
dengan melibatkan berbagai cabang ilmu yang lain termasuk ilmu tanah,
hidrologi, klimatolologi, ekologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi.
Fisika
tanah juga erat kaitannya dengan mekanika tanah, dinamika tanah dan teknik
sipil.
Area
penelitian fisika tanah dapat mencakup:
·
Pengukuran dan kuantifikasi sifat fisik tanah
di lapangan
·
Transportasi materi dan energi (berupa air,
udara, panas) di
dalam tanah
dalam tanah
·
Manajemen air untuk irigasi
Tanah yang subur
memiliki sifat fisik kimia dan biologi yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Sifat te
rsebut antara
lain:
1)
Struktur Tanah
Struktur tanah memang ada
bermacam-macam. Akan tetapi, yang dikehendaki ialah struktur tanah yang remah.
Keuntungan struktur tanah demikian ialah udara dan air tanah berjalan lancar,
temperaturnya stabil. Keadaan tersebut sangat memacu pertumbuhan jasad renik
tanah yang memegang peranan penting dalam proses pelapukan bahan organik di
dalam tanah. Oleh karena itu, untuk memperbaiki strutur tanah ini dianjurkan
untuk diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau ).
Salah satu contoh tanah yang
berstruktur jelek adalah tanah liat. Tanah ini tersusun atas partikel-partikel
yang cukup kecil. Sangat kecil kalau dibandingkan dengan tanah pasir. Partikel
tanah liat kurang lebih sama dengan seperseratus kali partikel tanah pasir.
Kehalusannya membuat tanah liat cenderung menggumpal, terlebih pada musim
hujan, dan amat rakus menghisap air. Jeleknya lagi, tanah liat akan menahan air
dengan ketat sehingga keadaannya menjadi lembab dan udara pun berputar cukup
lambat. Bila nantinya kering, tanah liat akan menggumpal seperti batu dan
sifatnya pun kian kedap terhadap udara. Itu sebabnya kerap kali dijumpai tanah
liat banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuat keramik dan batu bata. Tentunya
tanaman kalau ditanam pada tanah tersebut, kehidupannya akan menderita karena
akarnya tak mampu menembus lapisan tanah padat.
Ada pula tanah yang struktur
terlalu porous, seperti tanah pasir. Pada tanah tersebut tanaman juga tidak
akan tumbuh subur. Pasalnya, sifat porous tanah tersebut sangat mudah
merembeskan air yang mengangkut zat-zat makanan hingga jauh ke dalam tanah.
Akibatnya, zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman tersebut tidak bisa
terjangkau oleh akar.
Lalu, mengapa tanaman yang
ditanam bukan di tanah pasir dan tanah liat masih saja tumbuh kerempeng seperti
kurang makan? Kasus serupa ini memang paling banyak terjadi dan sering dikeluhkan
petani. Ini ada hubungannya dengan kesuburan tanah yang meliputi: kandungan
hara, derajat keasaman (pH), pengolahan tanah, dan segi perawatan lain.
2)
pH Tanah
Ada 3 alasan pH tanah sangat penting untuk diketahui:
a). Menentukan
mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman. Umumnya unsur hara yang
diserap oleh akar pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur
hara mudah larut dalam air.
b). Derajat
keasaman atau pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat
racun bagi tanaman. Pada tanah masam. Banyak ditemukan unsur aluminiun yang
selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh
tanaman. Pada tanah masam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga
ditemukan unsur mikro, seperti Fe, Zn, Mn, Cu dalam jumlah yang terlalu besar.
Akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman. Pada tanah alkali, ditemukan juga
unsur yang dapat meracuni tanaman, yaitu natrium (Na) dan molibdenum (Mo).
c). Derajat
keasaman atau pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam
tanah. Pada pH 5,5-7 bakteri dan jamur pengurai bahan organik dapat berkembang
dengan baik.
Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah mendekati netral (6,5-7). Namun, kenyataannya setiap
jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda-beda seperti yang tertera.
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah
diluar batas optimum. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap
tanaman dalam jumlah yang diharapkan. Karenanya, pH tanah sangat penting
diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa
mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah.
Derajat keasaman (pH) tanah yang sangat rendah dapat
ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu
tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur. Sebelum pengapuran, pH tanah
harus diketahui terlebih dahulu. Nilai pH yang didapat akan menentukan jumlah
kapur yang harus ditebarkan.
Khusus untuk tanah gambut, komposisi ini relatif
berlainan, karena bagian padatnya 100% dapat berupa bahan organik, sedangkan
ruang porinya 100% dapat terisi air, sehingga ketiadaan bahan mineral dan udara
pada tanah ini merupakan masalah utama dalam pemanfaatannya menjadi lahan pertanian
produktif.
Secara alamiah proporsi komponen-komponen tanah sangat
tergantung pada :
a. Ukuran
partikel penyusun tanah, makin halus berarti makin padat tanah, sehingga ruang
porinya juga akan menyempit, sebaliknya jika makin kasar
b. Sumber
bahan organik tanah, tanah bervegetasi akan mempunyai proporsi BOT (bahan
organic tanah) tinggi, sebalinya pada tanah gundul (tanpa vegetasi)
c. Iklim
terutama curah hujan dan temperatur, saat hujan dan evaporasi (penguapan)
rendah proporsi air meningkat (dan proporsi udara menurun), sebaliknya pada
saat tidak hujan dan evaporasi tinggi, dan
d. Sumber
air, tanah yang berdekatan dengan sungai akan lebih banyak mengandung air
ketimbang yang jauh dari sungai.
Masing-masing komponen tanah tersebut berperan penting
dalam menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas
keempat komponen tanah ini akan berdampak terhadap variabilitas fungsi tanah
sebagai media tumbuh.
Udara tanah misalnya berfungsi sebagai
gudang dan sumber gas :
·
O2
yang dibutuhkan oleh sel-sel perakaran tanaman untuk melaksanakan respirasi,
yang melepasakan CO2 dan untuk oksidasi enzimatik oleh mikrobia autotrofik
(mampu menggunakan senyawa anorganik sebagai sumber energinya),
·
CO2
bagi mikrobia fotosintetik, dan
·
N2
bagi mikrobia pengikat N.
Beberapa gas seperti CO2 dan N2 ini serta NH3, H2 dan
gas-gas lainnya baik yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik maupun
berasal dari sisa-sisa pestisida atau limbah industri, apabila berkadar relatif
tinggi dapat menjadi racun baik bagi akar maupun bagi mikrobia tanah. Adanya
sirkulasi udara (aerasi) yang baik akan memungkinkan pertukaran gas-gas ini
dengan O2 dari atmosfer, sehingga aktivitas mikrobia autotrofik yang berperan
vital dalam penyediaan unsur-unsur hara menjadi terjamin dan toksisitas gas-gas
tersebut ternetralisir.
Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh
tetanaman dan biota tanah. Sebagian besar ketersediaan dan penyerapan seperti
N, K, dan Ca dominan diserap tanaman melalui bantuan mekanisme aliran masa air,
baik ke permukaan akar maupun transportasi ke daun. Oleh karena itu , tanaman
yang mengalami defisiensi (kekurangan) air tidak saja akan layu tetapi juga
akan mengalami defisiensi hara.
Untuk menghasilkan 1 g biomass kering, tanaman
membutuhkan sekitar 500 g air, yang 1 %nya mengisi setiap unit sel-sel tanaman.
Bahan organik dan mineral tanah terutama berfungsi sebagi
gudang dan penyuplai hara bagi tetanaman dan biota tanah. Bahan mineral melalui
bentuk partikel-partikelnya merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja
berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar
berpenetrasi, makin sedikit ruang pori ini akan makin tidak berkembang sistem
perakaran tanaman. Bahan organik merupakan sumber energi, karbon dan hara bagi
biota heterotrofik (pengguna senyawa organik), sehingga keberadaan BOT (bahan
organik tanah) akan sangat menentukan populasi dan aktivitasnya dalam
membebebaskan hara-hara tersedia yang dikandung BOT tersebut.
Dalam berpenetrasi ini, pada kondisi ideal perakaran tanaman
dapat tumbuh dan berpenetrasi baik secara lateral maupun vertikal sejauh
beberapa cm per hari, sehingga tanaman jagung dewasa yang ditanam berjarak 100
cm dapat mempunyai sistem perakaran yang saling bersentuhan dengan kedalaman
lebih dari 2 meter bahkan tanaman alfalfa diketahui dapat mencapai kedalaman
sampai 7 meter, dengan merata 2 – 3 m. tanaman kedelai dapat berpenetrasi
hingga 35 cm lateral dan 1 m horizontal. Makna terpenting dari makin
berkembangnya sistem perakaran ini adalah makin banyaknya hara dan air yang
dapat diserap tanaman, sehingga makin terjamin kebutuhannya selama proses
pertumbuhan dan produksinya, dan akhirnya makin produktif suatu areal lahan.
Pengapuran
Pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk dinding sel tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3 MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3)
Pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk dinding sel tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3 MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3)
Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan dapat
dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :
1.
< 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha
2.
4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha
3.
4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha
4.
5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha
5.
5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha
6.
6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha
2. Lembar
Kerja
a. Pendahuluan
Profil tanah yaitu suatu irisan melintang pada tubuh
tanah yang memperlihatkan lapisan-lapisan tanah. Warna pada lapisan 1 cokelat kehitaman,
lapisan 2 cokelat agak gelap, lapisan 3 cokelat, lapisan 4 cokelat yang lebih
terang dari ketiga lapisan diatasnya dan memiliki struktur yang remah dan
granular. Kedalaman efektif untuk profil tanah dapat ditentukan dengan melihat
batasan perakaran tumbuh
Untuk dapat memastikan hal tersebut perlu dilakukan
praktek ini
b. Tujuan
Peserta diklat mampu ;
1) mengtetahui warna, struktur dan tekstur tanah
2) menentukan lapisan-lapisan
tanah
3) mengetahui apa sebenarnya yang
di maksud profil tanah secara nyata.
c. Alat
dan Bahan
1)
Cangkul
2)
Garpu
tanah
3)
Skop
4)
Meteran
5)
Pakaian
praktek dengan Sepatu boot
6)
Tabel
pengamatan dan alat tulis
7) Langkah
Kerja
1)
Pilih
tempat/lahan tanah yang belum pernah diolah/masih alami dan yang mendapat sinar
matahari!
2)
Gali
tanah tersebut dengan ukuran lebar 100 cm, panjang 100 cm dan kedalaman 120 cm
3)
Amati
lapisan profil tanah pada sisi lubang penampang yang mendapat sinar matahari!
4)
Ukur
kedalaman masing-masing lapisan tanah
5)
Masukkan
hasil dari pengamatan yang di peroleh ke
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel Pengamatan Profil Tanah
lapisan
|
Simbol lapisan
|
Kedalaman ( cm )
|
1
|
A
|
|
2
|
BT
|
|
3
|
BW
|
|
4
|
BC
|
|
Lembar
kerja 2.
Mengukur
pH Tanah dan Menghitung Kebutuhan Kapur Tanah
1.
Tujuan
Peserta diklat mampu mengukur
pH tanah
2.
Alat dan bahan
a.
Alat
tulis
b.
Lahan
tanaman
c.
pH
meter
d.
Ember
e.
Air
3.
Keselamatan
Kerja
Gunakan
sepatu lapangan ketika Anda memasuki
lahan
4.
Langkah
kerja
a)
Siapkan
bahan dan alat yang diperlukan
b)
Basahi
tanah pada lahan yang akan diukur pHnya
c)
Masukkan
alat pH meter kedalam tanah yang telah dibasahi, biarkan beberapa waktu
d)
Amati
alat penunjuk pH meter
e)
Lakukan
kegiatan tersebut (b, c, d) pada 10 titik tempat yang berbeda
f)
Catat
besarnya pH yang Anda ketemukan di setiap titik, pada Tabel 1.
g)
Tentukan
banyaknya pengapuran yang diperlukan
Tabel 2. Mengukur pH dan Menghitung Kebutuhan Kapur Tanah
No. Titik
Tempat
|
Besar pH
|
Kebutuhan
Kapur
|
No. Titik
Tempat
|
Besar pH
|
Kebutuhan
Kapur
|
1.
|
|
|
6
|
|
|
2.
|
|
|
7
|
|
|
3
|
|
|
8
|
|
|
4
|
|
|
9
|
|
|
5
|
|
|
10
|
|
|
3. Lembar
Evaluasi
a.
Jelaskan konsep pembentukan tanah menurut
Hans Jenny (1899-1992) yang menggunakan rumus S = f(cl, o, r, p, t)!. (Bobot
20)
b.
Jelaskan empat fungsi utama tanah! (20)
c.
Profil dari tanah yang berkembang lanjut
biasanya memiliki horizon-horizon sbb: O –A – E – B – C – R. Jelaskan masing-masing horizon tersebut! (20)
d.
Jelaskan 3 alasan pH tanah sangat penting
untuk diketahui! (20)
e.
Jelaskan pendapat Anda mengapa dalam memilih
tempat untuk membuat profil tanah harus alami! dan mengapa penampang pengamatan
profil tanah harus dipilih pada sisi lubang penampang yang mendapat sinar
matahari! (20)
Kegiatan Pembelajaran 3
Lembar Informasi
3: Menjelaskan Air Sebagai Unsur Essensial Bagi Tanaman
1. Lembar
Informasi
Salah satu
faktor lingkungan yang memberikan pengaruh yang besar terhadap penurunan
produksi suatu tanaman dan dari segi ekologi merupakan pembatas utama pada
lingkungan darat atau di lingkungan perairan adalah air (Odum, 1993). Peranan
air akan memberikan dampak negatif apabila terjadi kekurangan (deficit)
atau kelebihan air di lingkungan tanaman.
Stres air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua
hal : (1) kekurangan suplai air di daerah perakaran, dan (2) permintaan air
yang berlebihan oleh daun, dimana laju evapotranspirasi melebihi laju absorpsi
air oleh akar tanaman, walaupun keadaan air tanah cukup (jenuh) (Hardjadi dan
Yahya, 1987).
Karena adanya kebutuhan
air yang tinggi dan pentingnya air, tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap
untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kali air menjadi terbatas, pertumbuhan
berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman budidaya. Jumlah
pengurangan hasil panen ini dipengaruhi oleh genotype, kehebatan kekurangan air
dan tingkat perkembangan (Gardner et al., 1991). Hasil penelitian dari
Shaw (1983) dan Aldrich et al., (1975) dalam Anonim (1996), menunjukkan
bahwa setiap penambahan 25 mm air ke dalam tanah, akan memberikan hasil biji
jagung 600-1000 kg ha-1. Lanjut dikemukakan bahwa jagung membutuhkan
air kira-kira 372 kg per 1 kg jagung kering, sementara untuk sorgum membutuhkan
air 271 kg untuk hasil yang sama.
Hasil
penelitian lain yang dilakukan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan oleh Faridah
(2003), menunjukkan besarnya nilai kebutuhan air tanaman jagung pada berbagai
umur tanam bervariasi antara 1,98 sampai 7,22 mm hari-1. Sedangkan
penelitian mengenai kebutuhan air tanaman sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)
yang dilakukan oleh Prabowo et al (1999), menunjukkan bahwa kebutuhan
air minimum per musim bagi tanaman sorgum adalah 264 mm per musim dengan
produksi 0,97 t biji sorgum ha-1 dan kebutuhan maksimalnya adalah
488 mm per musim dengan produktivitas 3,27 t biji sorgum ha-1.
Hal tersebut
menggambarkan bahwa ketersediaan air bagi tanaman sangatlah penting untuk
diketahui. Cara mengetahui besarnya kebutuhan air suatu tanaman dapat dilakukan
dengan menumbuhkan tanaman pada kondisi lingkungan terkontrol (dengan
penggunaan rumah kaca). Hal ini dilakukan agar penentuan pemberian dan
kehilangan air pada suatu tanaman, dapat lebih mudah diketahui. Namun memiliki
kekekurangan, sebab bias dari percobaan dengan lingkungan terkontrol kadangkala
berbeda bila nantinya ditumbuhkan di lingkungan luar yang mana pengaruh
unsur-unsur abiotik seperti suhu, cahaya, tanah, dan air yang lebih kompleks
berikut kompetisi yang terjadi baik secara internal maupun secara eksternal
yang sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan suatu
tanaman.
Salah satu
metode yang sering digunakan untuk mengetahui kebutuhan air bagi suatu tanaman
yaitu dengan mendasarkan kebutuhan air dengan suatu konsep air tersedia. Air
tersedia, merupakan perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas
lapang (field capacity) dan jumlah air dalam tanah pada persentase
perlayuan permanen (permanent wilting point) (Gardner et al,
1991). Alasan penggunaan konsep ini disebabkan oleh mudahnya penentuan kisaran
nilai air tersedia oleh tanah sebagai media tanam.
Penelitian
dari Wuryantari et al, (1995) dengan menumbuhkan dua varietas sorgum
manis pada berbagai jumlah air yang diberikan, yaitu masing-masing 120%, 100%,
80%, 60%, dan 40% kapasitas lapang menunjukkan laju pertumbuhan dan produksi terbaik
diperoleh pada kisaran air antara 60-80% dari kapasitas lapang. Hal ini
mempertegas kedudukan air sebagai salah satu faktor lingkungan yang penting
diperhatikan, karena air merupakan penyebab utama variasi hasil tanaman,
terutama didaerah tropik seperti Indonesia (Hardjadi dan Yahya, 1987).
Pentingnya air
tidak hanya dilihat dari sisi jumlah air yang tersedia saja, tetapi lebih pada
pendistribusian air tersebut. Hal ini penting kaitannya dengan kebutuhan
tanaman yang berbeda, mulai pada saat tanaman berkecambah hingga panen yang
sekaligus mengakhiri siklus hidup dari tanaman yang dibudidayakan. Untuk
mengatasinya, diperlukan penambahan air (baik dari curah hujan maupun dari
sumber irigasi) yang intervalnya disesuaikan dengan pola kebutuhan tanaman agar
air yang digunakan untuk mengganti kehilangan air dapat lebih efisien
penggunaanya. Sehingga sumber daya air kita yang semakin hari semakin menurun
akibat efek pemanasan global dapat digunakan dengan lebih bijaksana dan
terarah.
a.
Hubungan Tanah - Air – Tanaman
Air dibutuhkan tanaman pada
berbagai fungsi yaitu (1) air merupakan bagian yang esensil bagi protoplasma
dan membentuk 80-90% bobot segar jaringan yang tumbuh aktif, (2) air adalah
pelarut, di dalamnya terdapat gas-gas, garam-garam, dan zat-zat terlarut
lainnya, yang bergerak keluar masuk sel, dari organ ke organ dalam proses
transpirasi, (3) air adalah pereaksi dalam fotosintesis dan pada berbagai
proses hidrolisis, dan (4) air esensil untuk menjaga turgiditas, diantaranya
dalam pembesaran sel, pembukaan stomata dan menyangga bentuk (morfologi)
daun-daun muda atau struktur lainnya yang berlignin sedikit (Hardjadi dan
Yahya, 1987). Air juga berpengaruh penting pada sifat fisik tanah. Kandungan
air dalam tanah sangat berpengaruh pada konsistensi tanah, dan kesesuaian tanah
untuk diolah. Begitu pula variasi kandungan air mempengaruhi daya dukung tanah
(Pairunan et al, 1985).
Sistem
yang menggambarkan tingkah laku air dan pergerakan air dalam tanah dan tubuh
tanaman didasarkan atas suatu hubungan energi potensial. Air mempunyai
kapasitas untuk melakukan kerja, yaitu akan bergerak dari daerah dengan energi
potensial tinggi ke daerah dengan energi potensial rendah (Gardner et al,
1991). Dalam fisiologi tanaman, adalah hal biasa untuk menunjukkan energi bebas
yang dikandung air dalam bentuk potensial air (ψ) yang didefinisikan
sebagai energi bebas per unit volume air. Dengan menganggap bahwa potensial air
murni adalah nol pada kondisi standar. Potensial air tanah dan tanaman
dinyatakan dalam unit tekanan, baik dalam bar atau Pascal (Pa), dimana 1 bar =
105 Pa (Fitter dan Hay, 1994).
Perakaran tanaman tumbuh ke
arah yang lembap dan menarik air sampai tercapai potensial air kritis dalam
tanah. Air yang diserap dari tanah oleh akar tanaman disebut air yang tersedia.
Air tersedia merupakan perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas
lapang (air yang tetap tersimpan dalam tanah yang tidak
mengalir ke bawah karena gaya gravitasi) dan jumlah air dalam tanah pada
persentase perlayuan permanen (pada persentase kelembapan tanah ini tanaman
akan layu dan tidak segar kembali dalam atmosfer dengan kelembapan relatif
100%) (Gardner et al, 1991).
Air tersedia berbentuk larutan, yang
mengandung berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman misalnya N, K, Ca,
Mg, dan S (Najiyati dan Danarti, 1996). Jansen et al, (1990) dalam
Anonim (1996) menyatakan bahwa secara umum kapasitas lapang terjadi pada
tekanan potensial tanah berkisar -10 KPa atau -0,1 bar (tekstur tanah kasar)
dan -20 KPa atau -0,2 bar untuk tekstur tanah sedang dan halus. Makin tinggi
kandungan liat makin tinggi pula kandungan air tanah pada kapasitas lapang.
Keberadaan air dalam tanah tergantung
pada iklim yang ditekankan pada curah hujan. Kebutuhan air dapat dipenuhi oleh
air hujan alami atau hujan buatan maupun air pengairan. Kebutuhan air total
bagi pertumbuhan tanaman secara umum berkisar dari 500–700 mm selama satu
musim. Pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menunjukkan tanggap yang jelas
akan air. Namun, air yang banyak dalam tanah akan mengurangi kadar oksigen
dalam tanah apabila seluruh pipa kapiler tanah terpenuhi oleh air (Moenandir,
2004). Oleh sebab itu, adanya air dalam tanah belum tentu menjamin pertumbuhan
tanaman yang baik, sebab bila air berlebihan, tanah tidak mengandung udara
lagi. Padahal udara dalam tanah juga sangat diperlukan oleh tanaman. Akibatnya
pertumbuhan tanaman menjadi terganggu (Najiyati dan Danarti, 1996).
Air yang ada di dalam tanah dapat
berkurang karena adanya penguapan, perkolasi, atau diserap oleh tanaman.
Apabila dalam jangka waktu tertentu tidak ada penambahan air oleh hujan atau
oleh irigasi maka tanah akan mengering dan tanaman akan segera memperlihatkan
pengaruhnya terhadap kekeringan tersebut. Mula-mula tanaman akan layu pada
siang hari dan segar kembali pada malam hari. Tetapi lama kelamaan tanaman akan
tetap layu baik siang maupun malam hari, bila tidak segera disiram
(Najiyati dan Danarti, 1996).
Air dalam tanaman berada dalam suatu
keadaan aliran sinambung (kontinyu). Kehilangan air mengakibatkan terhentinya
pertambahan berat kering tanaman dan kekurangan air yang terus menerus
menyebabkan perubahan-perubahan dalam tanaman yang tidak dapat balik dan
mengakibatkan kematian. Hal ini terjadi sangat cepat dalam keadaan panas dan
kering untuk tanaman-tanaman yang strukturnya tidak sesuai untuk mencegah
kehilangan air (Hardjadi, 1993). Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan
pengairan yaitu pemberian air secara sengaja dan teratur pada sebidang lahan
tanaman (Moenandir, 2004).
Tujuan pengairan ialah menyediakan air
untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya pemberian air disesuaikan dengan periode kritis
tanaman. Kebutuhan air bagi pengairan dapat ditentukan oleh adanya penghitungan
kelembaban air tanah dan air yang tersedia, serta penghitungan tingkat
ketersediaan air (oleh data meteorologi). Dengan kata lain, pengairan akan
efektif apabila diberikan sebelum kelembaban tanah dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Jelasnya air diberikan pada 60% dari air yang tersedia artinya 60%
kadar air diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen (Moenandir, 2004).
Pengurangan hasil
akibat kekurangan air telah lama diteliti oleh para peneliti di bidang
agronomi. Untuk hasil panen biji, ketepatan waktu kekurangan air itu sama
pentingnya dengan tingkat kekurangan tersebut. Dimana spesies tertentu seperti
jagung, apabila mengalami kekurangan air yang hebat selama 4 hari pada
tingkatan tertentu dari daur reproduktif dan dua minggu berikutnya merupakan
periode paling peka terhadap kekurangan air. Komponen hasil yang menunjukkan
penurunan paling drastis adalah jumlah biji per tongkol (Gardner et al,
1991).
Dengan
kata lain, ketersediaan air dalam tanah akan mempengaruhi besarnya potensial
air dalam daun. Berkurangnya potensial air dalam daun menurunkan laju
fotosintesis. Hal ini berhubungan dengan kombinasi beberapa proses seperti :
(1) penutupan stomata secara hidroaktif akan mengurangi suplai CO2, (2)
dehidrasi kutikula, dinding epidermis, dan membran sel, sehingga mengurangi
aviditas dan permeabilitasnya terhadap CO2, (3) bertambahnya tahanan
sel mesofil daun terhadap pertukaran gas, dan (4) menurunnya efisiensi
fotosintesis. Hal ini berhubungan dengan proses biokimia, aktivitas enzim dalam
sitoplasma, dimana fotosintesis merupakan proses hidrolisis yang memerlukan air
(Hardjadi dan Yahya, 1987)
b.
Fungsi
Air
1) Daya
pelarut unsur-unsur yang diambil oleh tanaman.
2) Mempertinggi
reaktivitas persenyawaan yang sederhana/kompleks.
3) Berperan
dalam proses fotosintesis.
4) Penyangga
tekanan di dalam sel yang penting dalam aktivitas sel tersebut.
5) Mengabsorbsi
temperatur dengan baik/mengatur temperatur di dalam tanaman.
6) Menciptakan
situasi temperatur yang konstan.
Air
di dalam tanah dalam keadaan seimbang dengan di dalam tanaman. Masuk dan
keluarnya air dari dalam tubuh tanaman ini sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor ekologis.
c.
Sumber air untuk penyiraman tanaman dapat berasal dari:
Air Ledeng, baik untuk menyiram karena jernih dan steril, tetapi
pHnya tinggi maka perlu diturunkan dengan menambah suatu asam misalnya HCl. PH
yang baik sekitar 5,6-6.
Air sumur, baik untuk menyiram karena banyak mengandung mineral
dari tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di daerah kapur harus
diperhatikan pHnya.
Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untuk
menyiraman.
Air kali/air
selokan, tetapi kita
tidak tahu pasti apakah air itu mengandung jamur, bakteri/lumut yang bisa
mengganggu anggrek/tidak.
Menentukan
Waktu Pengairan
l Waktu
Pengaian ditentukan melalui pengamatan langsung ke lapangan dan bisa ditentukan dengan menggunakan alat diteksi kelembaban tanah.
l Pengertian
mengairi tanaman adalah memberikan air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhannya
dan membuang kelebihan air (ada efek positif dan negatif dari pemberian air).
l
Tujuan mengairi tanaman adalah untuk
menyakinkan bahwa tanaman mendapatkan jumlah air yang cukup memadai pada zone
perakarannya sehingga dapat memberikan produksi yang optimal.
(Kelebihan
dan Kekurangan air bagi tanaman akan berakibat buruk pada pertumbuhan dan
produksi tanaman tersebut )
Air
yang berada didalam tanah akan menentukan kondisi air didalam tanah,
bentuk-bentuk air didalam tanah sbb :
1.
Air grafitasi
2.
Kapasitas Lapang
3.
Titik Layu permanen
4.
Air Higroskopis
Keberadaan
air dalam tanah berdasarkan iklim ditentukan oleh Curah hujan dan Radiasi matahari.
Curah hujan mendasari musim penghujan
dan musim kemarau, radiasi matahari berakibat langsung terhadap suhu
mengakibatkan kehilangan air pada tanah dan tanaman proses evapotranspirasi
Penggunaan
Alat Diteksi Kelembaban
l Air
yang tersedia bagi tanaman berada pada antara kapasitas lapang dengan titik
layu permanen atau air berada pada pori-pori tanah
l Alat
untuk mendeteksi kelembaban air dalam tanah yaitu tensiometer
l Tensiometer
terdiri dari 3 bagian utama yaitu keramik berpori pada ujung tensiometer,
pengukur tegangan/tekanan dan tabung yang berisi aquadest yang menghubungkan
kedua bagian tersebut
l Cara
menggunakan alat tensiometer adalah dengan memasukan ujung keramik tensiometer
kedalam tanah yang akar diukur kelembabannya. Pada tanah yang kering air
didalam tabung akan turun yang menyebabkan tegangan yang dapat terukur/terbaca
pada pengukur tegangan/tekanan.
l Dengan
terbacanya ukuran tegangan pada tensiometer maka bermanfaat untuk menentukan
langkah selanjutnya tindakan apa yang perlu dilakukan setelah mengetahui
gambaran kelembaban tanah/kandungan air tanah (Baca buku petunjuk pengoperasian
alat tensiometer tanah)
l Skala Pembacaan secara umum menunjukan
gambaran sbb :
(1)
(0-10) Centibar
: Tanah jenuh air dan
tidak cukup udara
(2)
(10-25)
Centibar : Kondisi ideal untuk
tanaman
(3)
(25-35) Centibar : Perlu perhatian ,pada
tanah pasir mulai diairi
(4)
(35-40) Centibar : Harus diperhatikan untuk
mengairi (Pada tanah berat)
(5)
> 40 Centibar : Tanaman akan Layu
2. Lembar
Kerja
Mengukur Kandungan Air Tanah
di Lahan Tanaman
a.
Pendahuluan
Kandungan air pada tanah sangat penting untuk diketahui
karena hal itu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, untuk untuk pengukuran
kandungan air pada tanah di lahan tanaman perlu diukur dengan tensiometer
b.
Tujuan
Peserta diklat
mampu mengukur kandungan air tanah dengan alat tensiometer
c.
Alat
dan Bahan
1) Tensiometer
2) Lahan tanaman hortikultura
3) ATK
d.
Langkah Kerja
1)
Siapkan alat dan bahan
2) Masukan
ujung keramik tensiometer kedalam tanah yang akan diukur kelembabannya.
3) Baca
dan catat ukuran tegangan pada tensiometer
4) Tentukan
gambaran kondisi kandungan air tanah berdasarkan skala ukuran tegangan yang
diperoleh
5) Tentukan
langkah selanjutnya tindakan apa yang perlu dilakukan setelah mengetahui
gambaran kelembaban tanah/kandungan air tanah (Baca buku petunjuk pengoperasian
alat tensiometer tanah)
3. Lembar
Evaluasi
a)
Stres air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan
oleh dua hal, jelaskan! (Bobot 20%)
b)
Jelaskan
apa yang dimaksud dengan air tersedia! (20%)
c)
Pentingnya air tidak hanya dilihat dari sisi jumlah
air yang tersedia saja, tetapi lebih pada pendistribusian air tersebut,
jelaskan maksud dari kalimat tersebut! (20%)
d)
Jelaskan
apa saja
fungsi air bagi tanaman! (20%)
e)
Air
yang ada di dalam tanah dapat berkurang karena adanya penyebab apa saja,
jelaskan! (20%)
Kegiatan Pembelajaran 4
Lembar Informasi 4: Menjelaskan Cuaca sebagai Faktor penting bagi
Tanaman
1. Lembar
Informasi
Cuaca adalah
keadaan udara pada suatu tempat dan pada waktu yang singkat atau tertentu ,
sehingga cuaca selalu berubah-ubah dan daerahnya juga tidak begitu luas.
Iklim adalah
rata-rata keadaan cuaca pada daerah yang luas dan dalam waktu yang lama, lama
terjadinya perubahan iklim biasanya sekitar 30 tahunan.
Perbedaan
pokok antara cuaca dari iklim adalah terletak pada daerah dan waktu
Unsur-unsur
cuaca yang pokok meliputi suhu, tekanan udara, kelembaban udara
a.
Suhu
Udara
Bumi
mendapatkan panas terutama diperoleh dari penyinaran matahari dengan jalan
pemanasan udara. Penyinaran tersebut sebagian dipantulkan dan dibiaskan,
sebagian lagi diteruskan oleh molekul-molekul udara langsung kearah bumi.
Pemanasan permukaan bumi tersebut banyak sedikitnya sinar ditentukan oleh
hal-hal sebagai berikut :
1) Sudut Datang Matahari
Makin
tegak matahari berarti makin kecil sudut datang sinarnya maka makin banyak
panas yang diterima oleh permukaan bumi.
2) Lama
Penyinaran Matahari
Makin
lama siang hari, penyinaran akan lebih banyak. Didaerah tropika lama siang
rata-rata 12 jam.
3) Keadaan
Awan
Makin
banyak awan maka makin sedikit sinar yang sampai ke permukaan bumi.
4) Keadaan
Permukaan Bumi (Daratan atau Air)
Daratan
lebih cepat menjadi panas daripada air tetapi juga lebih cepat mengeluarkan
panas. Karena itu pada siang hari udara di daratan lebih panas daripada udara
di atas laut. Sinar yang sampai di bumi 43 % diserap dan diubah menjadi panas.
Suhu tertinggi pada jam satu atau dua siang dan terendah pada jam empat atau lima
pagi.
5) Keadaan
topografi
Tinggi
rendah suatu tempat, makin tinggi, makin kecil temperaturnya.
6) Keadaan
Tanah
Tanah
putih memantulkan panas, tanah hitam menyerap panas.
Udara
bersifat diaterman, artinya dapat melewatkan panas metahari. Sifat diaterman
terdapat pada udara murni. Setelah panas matahari sampai ke permukaan bumi,
panas ini digunakan bumi untuk memanasi udara di sekitarnya. Udara dapat
menjadi panas karena proses :
Ø
Konveksi, pemanasan secara vertikal
Ø
Adveksi, penyebaran panas secara horisontal
Ø
Turbulensi, penyebaran pana secara berputar-putar.
Ø
Konduksi, pemanasan secara kontak/bersinggungan.
Suhu
udara diukur dengan menggunakan termometer, keadaan suhu sepanjang hari
juga dapat diamati dengan termograf dan kertas yang berisikan catatan
suhu disebut termogram.
Tinggi
rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi
tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius.
Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
Faktor
Cahaya Matahari
Sinar
matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis
(khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka
tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan
(etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses
pertumbuhan.
Perlunya
Cahaya Matahari
Sebelum
menanam tanaman dalam pot perlu Anda ketahui karakteristik tanaman tersebut.
Apakah harus kena matahari penuh, sedang, atau jenis tanaman teduh.
Tanaman
yang perlu cahaya harus rajin dikeluarkan dari keteduhan, untuk mendapatkan
cahaya matahari. Sedangkan tanaman yang ditaruh di tempat teduh sesekali perlu
juga mendapat cahaya matahari.
Paling
tidak, lima hari sekali jenis 'tanaman teduh' tersebut harus mendapatkan cahaya
matahari. Pencahayaan dibutuhkan berkaitan erat dengan proses fotosintesis.
Untuk
tanaman berbunga, dan tambulapot (tanaman buah dalam pot), pastikan 100 persen
harus terkena cahaya matahari. Kalau kurang pencahayaan, pertumbuhan daunnya
akan bagus, tapi tumbuhan itu tidak akan berbunga. Kalau tambulapot, akan sulit
berbuah.
b.
Tekanan
Udara
Udara
mempunyai massa/berat .Besarnya tekanan diukur dengan barometer.
Barograf adalah alat pencatat tekanan udara. Tekanan udara dihitung dalam
milibar. Garis pada peta yang menghubunkan tekanan udara yang sama disebut isobar.
Barometer aneroid sebagai alat pengukur ketinggian tempat dinamakan altimeter
yang biasa digunakan untuk mengukur ketinggian pesawat terbang.
Tekanan
udara pada suatau tempat berbah sepanjang hari. Hal ini tergambar pada
barogarf. Barograf adalah alat pencatat tekanan udara. Tekanan udara
tinggi terjadi pada jam 10 pagi dan jam 10 malam serta tekanan rendah pada jam
4 pagi dan jam 4 sore.
c. Kelembaban Udara
Kelembaban
udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung
dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin.
Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan
udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi
titik-titik air. Udara yang mengandung
uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
Macam-macam
kelembaban udara sebagai berikut :
1) Kelembaban
relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang
terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 270C,
udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu
yang sama ada 20 gram uap air, maka lembab udara pada waktu itu sama dengan
20/25
x 100% = 80 %
2) Kelembaban
absolut / mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3 . Kadar
air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan.
Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat
mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak
pada pembentukan sel yang lebih cepat.
d. Dampak
Cuaca dan Iklim pada Sektor pertanian
Berbagai upaya untuk mengantisipasi
dampak penyimpangan iklim terhadap bencana banjir dan kekeringan pada sektor
pertanian telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Secara umum upaya
antisipasi dikelompokkan menjadi antisipasi secara teknis dan antisipasi
sosial-kelembagaan. Antisipasi secara
teknis antara lain:
1)
Pembuatan waduk untuk menampung air
hujan, sehingga tidak terjadi banjir dan
memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat kekurangan air
(kekeringan).
2)
Pembuatan embung mulai dari hulu
hingga hilir.
3)
Memanfaatkan informasi dan prakiraan
iklim untuk memberikan peringatan dini dan rekomendasi pada masyarakat.
4)
Mempelajari sifat-sifat iklim dan
memanfaatkan hasilnya untuk menyesuaikan pola tanam agar terhindar dari puso
5)
Meningkatkan sistem pengamatan cuaca
sehingga antisipasi penyimpangan iklim dapat diketahui lebih awal.
6)
Memetakan daerah rawan bencana alam
banjir dan kekeringan untuk penyusunan pola tanam dan memilih jenis tanaman
yang sesuai.
7)
Memilih tanaman yang sesuai dengan
pola hujan, misal: menggunakan tanaman atau varietas yang tahan genangan, tahan
kering, umur pendek dan persemaian kering; kombinasi tanaman, sehingga kalau
sebagian tanaman mengalami puso, yang lainnya tetap bertahan dan
memberikan hasil.
8)
Melakukan sistem pertanian
konservasi seperti terasering, menanam tanaman penutup tanah, melakukan
pergiliran tanaman dan penghijauan DAS (Daerah Aliran Sungai)
9)
Pompanisasi dengan memanfaatkan air
tanah, air permukaan, air bendungan atau checkdam, dan air daur ulang
dari saluran pembuangan.
10)
Efisiensi penggunaan air seperti
gilir iring dan irigasi hemat air.
Peranan unsur-unsur iklim bagi tanaman
·
Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan
hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses
fotosintesis sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses
fisiologi dan fisika yang mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk
gelombang elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat.
Sebagian energi kimia tersebut direduksi/ dirombak menjadi energi kinetik dan
energi termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan internal
tanaman. Sedangkan bagian lainnya direformasi menjadi beberapa jenis senyawa
organik, termasuk asam amino, protein dan lain-lain melalui beberapa proses
metabolisme tanaman.
·
Selain radiasi surya, proses fotosintesis
sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara.
Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara
signifikan dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lain. Proses
transpirasi yang menguapkan air dari jaringan tanaman ke atmosfer
merealisasikan proses dinamisasi dan translokasi energi panas, air, hara dan
berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan tanaman. Secara fisika, proses
transpirasi tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban
udara), radiasi surya, kelembaban nisbi dan angin.
·
Selain proses metabolisme, proses pembungaan,
pengisian biji dan pematangan biji atau buah juga sangat dipengaruhi oleh
radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi
serta angin. Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil tanaman yang banyak
ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi
oleh berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara.
Pada Tabel 1 disajikan matriks relative peranan unsur-unsur iklim dalam
berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan produksi tanaman.
·
Secara aktual, berbagai proses fisiologi,
pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur cuaca, yaitu
keadaan atmosfer dari saat ke saat selama umur tanaman, ketersediaan air
(kelembaban tanah) sangat ditentukan oleh curah hujan dalam periode waktu tertentu
dan disebut sebagai unsur iklim, yang pada hakikatnya adalah akumulasi dari
unsur cuaca (curah hujan dari saat ke saat). Demikian juga, pertumbuhan dan
produksi tanaman merupakan manivestasi akumulatif dari seluruh proses fisiologi
selama fase atau periode pertumbuhan tertentu oleh sebab itu dalam pengertian
yang lebih teknis dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman
dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim (sebagai akumulasi keadaan cuaca) selama
pertumbuhan tanaman.
Pemanfaatan Informasi Iklim dalam
Pertanian
Secara
teknis dalam budidaya tanaman, hampir semua unsur iklim berpengaruh terhadap
produksi dan pengelolaan tanaman. Namun masing-masing mempunyai pengaruh dan
peran yang berbeda teradap berbagai aspek dalam budidaya tanaman.
Sedangkan
secara konseptual, pendekatan dan informasi iklim dalam pembangunan pertanian
berkaitan dengan 5 aspek atau kegiatan (Las, Fagi & Pasandaran, 1999 dalam
Surmaini, dkk.), yaitu
a.
pengembangan wilayah dan komoditas
pertanian seperti kesesuaian lahan, perencanaan tata ruang, pemwilayahan
agroekologi dan komoditi, sistem informasi geografi (GIS) dan lain-lain
b.
perencanaan kegiatan operasional
(budidaya) pertanian, seperti perencanaan pola tanam, pengairan, pemupukan, PHT
(pengendalian factor biotik/abiotik terpadu),
panen, dan lain-lain
c.
peramalan dan analisis sistem pertanian,
seperti daya dukung lahan, ramalan produksi, pendugaan potensi hasil dan
produktivitas pertanian
d.
pengelolaan dan konservasi lahan (tanah
dan air)
e.
menunjang kegiatan penelitian komoditas dan
sumberdaya lahan serta pengkajian teknologi pertanian, terutama dalam
merumuskan atau menyimpulkan hasilnya.
Pengaruh
temperature, keadaan udara dan kelembaban udara pada tanaman dapat terjadi
sebagai berikut;
Temperatur
Temperatur tinggi penguapan banyak,
tanaman bisa keriput atau bisa mati,
karena penyiraman yang cukup perlu dilakukan
Keadaan
udara
Tidak ada angin penguapan sedikit, tidak boleh banyak menyiram
Kelembaban
udara
Udara lembab tanaman tidak perlu disiram
2. Lembar
Kerja
Menaikkan
Tingkat Kelembaban Tempat Tumbuh Tanaman Hortikultura (Anggrek)
a.
Salah
satu unsur cuaca yang banyak mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah kelembaban
udara, setiap jenis tanaman memerlukan tingkat kelembaban tertentu, untuk itu
diperlukan suatu pengetahuan tentang bagaimana cara meningkatkan kelembaban
tempat tumbuh suatu tanaman sesuai
kebutuhan tanaman akan kelembaban seperti anggrek dendrobium yang kebutuhan
kelembabannya antara 60 – 80%
b. Tujuan
Peserta
diklat mampu menaikkan tingkat kelembaban udara tempat tumbuh tanaman
hortikultura sesuai kebutuhan tanaman (anggrek)
c. Alat
dan Bahan
·
Higrometer
·
Knapsack
sprayer
·
Greenhouse
tanaman (anggrek)
·
Ember
·
Gayung
air
·
Air
d.
Langkah
Kerja
1.
Masuki
greenhouse tanaman (anggrek)
2.
Amati
tingkat kelembaban pada hygrometer
3.
Masukkan
air ke dalam knapsack sprayer
4.
Semprotkan
air dalam bentuk kabut ke sekitar ruang dalam greenhouse
5.
Amati
kembali tingkat kelembaban pada hygrometer
6.
Ulangi
penyemprotan air sampai tingkat kelembaban naik menjadi 80%
3. Lembar
Evaluasi
a.
Jelaskan
pengertian cuaca dan iklim!
b.
Jelaskan
dampak Cuaca dan Iklim pada Sektor pertanian!
c.
Jelaskan
peranan sinar matahari bagi tanaman!
d.
Jelaskan
pengaruh temperatur bagi pertumbuhan tanaman!
e.
Jelaskan
macam-macam kelembaban udara dan bagaimana pengaruhnya bagi pertumbuhan
tanaman!
Kegiatan Pembelajaran 5
Lembar
Informasi 5: Menjelaskan Biotik-Biotik
dan Abiotik dengan Biotik Sebagai Faktor
yang Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Tanaman
1.
Lembar Informasi
Lingkungan
abiotik terdiri dari faktor-faktor seperti tanah, air, udara dan radiasi.
Lingkungan abiotik membentuk banyak objek dan memberi kekuatan yang
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi komunitas di sekitar
mahkluk hidup. Misalnya jenis-jenis tanaman dan binatang yang hidup dan
bagaimana cara mereka hidup di ekosistem suatu sungai sangat dipengaruhi oleh
arus sungai, suhu, kejernihan, dan komposisi kimianya.
Satu
kelompok penting dari faktor-faktor lingkungan abiotik membentuk cuaca. Benda
hidup dan mati dipengaruhi oleh hujan, salju, suhu yang panas atau dingin,
penguapan air, kelembapan, angin, dan sejumlah kondisi-kondisi cuaca lainnya.
Setiap tahun banyak tumbuhan dan tanaman yang mati yang disebabkan oleh kondisi
cuaca. Manusia membangun rumah dan menggunakan pakaian untuk melindungi tubuh
mereka dari iklim yang keras. Mereka mempelajari cuaca dengan tujuan untuk
mengetahui cara mengaturnya.
Faktor-faktor
abiotik lainnya termasuk diantaranya adalah luasnya daerah untuk hidup dan
banyaknya nutrien-nutrien tertentu yang tersedia bagi organisme. Semua
organisme membutuhkan luas wilayah tertentu untuk dapat hidup dan bergerak di
dalam hubungan komunitas. Mereka juga membutuhkan nutrien yang berasal dari
bukan mahkluk hidup seperti fospor, untuk menjaga aktifitas tubuh seperti
peredaran darah dan pencernaan. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara organisme dan lingkungannya.
Yang
termasuk lingkungan biotik
diantaranya makanan, tanaman, binatang dan interaksi satu sama lainnya juga
terhadap lingkungan abiotik. Kelestarian dan kesejahteraan manusia secara luas
tergantung pada makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging. Begitu
juga dengan hubungan antara manusia dengan mahkluk hidup lainnya. Sebagai
contoh beberapa bakteri di dalam lambung membantu orang untuk dapat mencerna
makanan-makanan tertentu.
Sosial
dan budaya disekelilingnya juga merupakan bagian penting dari lingkungan biotik
manusia. Perkembangan sistem syaraf yang pesat meningkatkan daya ingat, daya
pikir, dan komunikasi. Manusia mengajarkan satu sama lainnya tentang hal-hal
yang telah mereka pelajari. Dengan bertambahnya pengetahuan manusia
mengembangkan agama, seni, musik, sastra, tehnologi dan ilmu pengetahuan.
Kekayaan budaya dan kekayaan biologis manusia telah menjadikan manusia melebihi
binatang dan mampu mengatur lingkungannya. Manusia sekarang telah menjelajahi
lingkungan luar angkasa.
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang
dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik,
dan faktor yang mempengaruhi distribusi organisme, yaitu:
1)
Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi
untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
2)
Air. Ketersediaan air mempengaruhi distribusi
organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
3)
Garam. Konsentrasi garam mempengaruhi kesetimbangan air dalam organisme
melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
4)
Cahaya
matahari. Intensitas dan kualitas cahaya mempengaruhi
proses fotosintesis. Air
dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di
sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
5)
Tanah dan batu. Beberapa karakteristik
tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi
penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di tanah.
6)
Iklim. Iklim
adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama
dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal.
Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
Autotrof
Komponen autotrof terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya
sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti
sinar matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia (kemoautotrof). Komponen
autotrof berperan sebagai produsen. Yang tergolong autotrof adalah tumbuhan
berklorofil.[
Heterotrof
Komponen heterotrof terdiri dari organisme
yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut
juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih
kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
Pengurai
Pengurai atau dekomposer adalah organisme
yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih
besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil
penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat
digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa
bahan organik, contohnya adalah kutu
kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu
Gangguan atau kerusakan pada tanaman dapat
disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik
Faktor –faktor
biotik yang mengganggu atau merusak tanaman adalah;
1) Hama
2) Cendawan
3) Bakteri
4) Mikoplasma
5) Virus
Gambar X. Kerusakan Tanaman dapat
disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik
Faktor abiotik yang mengganggu
atau merusak tanaman dalam hal kekurangan atau kelebihan;
1)
Air
2)
Cahaya
3)
Nutrisi/makanan/unsurhara
4)
Suhu
5) Pestisida
Melakukan
Pengamatan Faktor Biotik
Ada beberapa cara
yang dapat digunakan untuk pengamatan/
pemantauan/monitoring factor biotic pada tanaman, seperti; pengamatan
secara teratur dengan menentukan beberapa tanaman contoh sebagai obyek
pengamatan yang mewakili tanaman lainnya, atau secara acak dimana tanaman
contoh tidak ditentukan namun diambil secara acak
Ada beberapa macam cara
penentuan tanaman contoh untuk diamati, diantaranya secara diagonal, yakni
tanaman yang diamati berada pada garis diagonal didalam petak/blok pengamatan
yang telah terlebih dahulu ditentukan.
Skema Pengambilan Tanaman Contoh Secara
Sistematis Bentuk
Diagonal
Mengenal
Faktor –Faktor Biotik
Ada
banyak faktor biotik golongan hama yang
mengganggu tanaman yang terdiri dari dua
golongan besar yakni; vertebrata (hewan bertulang belakang) dan Invertebrata
(hewan tidak bertulang belakang
Hama tanaman dari
kelompok vertebrata yang sering menyerang
tanaman buah semusim antara
lain
adalah;
Babi hutan,kera, tikus, sedangkan
dari kelompok invertebrata diantaranya adalah; thrip, , kutu daun, kumbang,
lalat buah, tungau,ulat, kepik dsb
Contoh
Vertebrata dan Invertebrata
Identifikasi
Sumber Daya Spesifik (budaya, social, ekonomi, dll)
a. Aspek Sosial dan Budaya
Aspek sosial dan
perilaku masyarakat, juga dikhawatirkan dapat merusak budaya bangsa Indonesia
yang terkenal adiluhung dan menyebar informasinya ke mancanegara. Makin
bertambahnya penduduk pendatang yang bermukim di kawasan perkotaan yang padat,
serta masih ditemukannya penduduk miskin, akan berkaitan dengan permasalahan
budaya seperti hilangnya keramah-tamahan, berkembangnya premanisme dan
lunturnya jati diri manusia Indonesia.
Mengubah Paradigma
Kita semua perlu
segera mengubah paradigma, dari semula menganggap perawatan alam dan budaya
sebagai suatu kewajiban, menjadi suatu kebutuhan. Karena sebagai suatu
kebutuhan, kita tidak akan pernah mengelak, sebagaimana kadang-kadang kita
mengelak dari kewajiban.
Bagi pemerintah,
menganggarkan dan melaksanakan program-program merawat alam dan budaya
merupakan reinvestasi bidang ekonomi. Sangatlah wajar bila pemerintah kabupaten
dan kota, menganggarkan secara proporsional biaya perawatan alam dan budaya
yang bersumber dari pajak., yang oleh pemerintah pusat segera akan diserahkan
penuh ke pemerintah kabupaten dan kota. Bila alam dan budaya menjadi makin
lestari karenanya, makin besar lagi PHR dan PBB yang masuk sebagai pendapatan
asli daerah (PAD) kabupaten dan kota yang bersangkutan
b. Aspek Ekonomi
Pemikiran sebagian besar pembahas sumberdaya spesifik melandasi
kajiannya dari sudut pandang bahwa manusia, khususnya pengusaha, adalah
makhluk homoeconomicus, yang lebih mengedepankan prinsip ekonomi daripada
pelestarian lingkungan dan budaya.
|
|
Mereka yang
berpikir pesimis, banyak mengungkapkan fakta bahwa dari tahun ke tahun, bahkan
dari hari ke hari, luas lahan kritis
makin bertambah akibat perubahan alam dan aktivitas manusia. Lahan hijau
makin berkurang akibat desakan kebutuhan pembangunan akomodasi pariwisata,
pemukiman, sarana dan prasarana infrastruktur. Alih fungsi lahan sawah tercatat
sangat besar setiap tahun. Berkurangnya cadangan air tanah, sebagai akibat
adanya pengambilan yang melampaui kemampuannya, juga tidak lepas dari sorotan
banyak pengamat. Akibatnya, tidak saja sawah sebagai lahan hijau yang merupakan
pemandangan indah akan berkurang. Tetapi budaya
bertani dengan segala ritualnya, yang sebetulnya juga merupakan atraksi
pariwisata, akan makin memudar.
Bagi dunia usaha, merawat alam dan budaya adalah
merupakan kegiatan memupuk modal, yang sangat menentukan keberlangsungan hidup
(sustainability) usaha itu sendiri. Menyisihkan sebagian kecil dari keuntungan
usaha, sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) belumlah cukup. Karena penyaluran CSR yang tidak tepat
guna dan tepat sasaran, tidak akan berarti apa-apa bagi kelestarian alam dan
budaya Indonesia. Sementara teori manajemen strategik mengungkapkan bahwa alam
dan budaya merupakan lingkungan eksternal perusahaan, yang sangat besar artinya
bagi kemajuan usaha itu sendiri. Modal usaha, hendaknya jangan dipahami dalam
artian sempit yang tercermin dalam neraca saja. Tetapi juga dalam artian luas,
termasuk aspek eksternal berupa lingkungan alam dan budaya.
Menjaga
keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan alam
lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya, juga bisa membawa dampak ekonomis
bagi orang.
Sebagaimana
disadari, perekonomian kita dominan dipengaruhi oleh pariwisata. Dan wisatawan
datang ke sini karena budaya yang bersumber dari agama, alam dan
keramah-tamahan masyarakat kita. Dengan demikian, berarti menjaga kelestarian
alam dan budaya, juga akan berdampak nyata bagi perekonomian masyarakat luas.
Tantangannya saat
ini hanya pada tataran implementasi. Diperlukan keseriusan dengan melibatkan
hati semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
Salah
satu cara bertani dengan menggunakan pupuk alami non kimia, membajak
tanah secara tradisional, memasukkan cacing ke dalam tanah untuk menggemburkan
tanah. Sedangkan peternakan hewan organik dimulai dengan pemberian makanan
organik, yakni makanan yang bebas dari hormon pertumbuhan dan hormon lainnya.
Misalnya
sapi penghasil susu diternak di padang rumput organik, maka daging dan susu
yang dihasilkan dikategorikan sebagai produk organik. Produk organik tersebut
menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan memiliki rasa asli yang tak
kalah enak. Pemakaian produk organik berarti mengurangi atau menghindari
bahan-bahan kimia di dalam tubuh yang dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh.
Dengan produk organik, tubuh manusia terbebas dari bahan kimia dan disinyalir
membuat manusia berumur lebih panjang.
Pola Tanam Alternatif
Sebaiknya
pemerintah juga menganjurkan para petani melakukan pola tanam alternatif yang
dapat memutus siklus hidup hama dan penyakit tanaman padi, seperti wereng
batang cokelat yang kini merebak karena para petani memiliki kebiasaan untuk
menanam satu komoditas tanaman pangan sepanjang tahun.
Padahal
pola tanam seperti padi yang terus menerus berpotensi berkembangbiaknya hama
dan penyakit padi yang merugikan petani.
Salah
satu cara yang efektif untuk menjadi tanaman sela setelah padi, yakni tanaman
palawija seperti jagung. Dengan pola tanam alternatif ini hama tanaman padi
akan berkurang sehingga tidak mengakibatkan puso.
c.
Masalah
Politik dan Sosial-Ekonomi
Masalah
sosial sering menghambat upaya konservasi lahan pertanian, seperti kepemilikan
dan hak atas lahan, fragmentasi lahan pertanian, sempitnya lahan garapan
petani, dan tekanan penduduk.
Selain
itu, ada permasalahan yang melekat pada petani sendiri, misalnya keengganan
berpindah dari lahan yang tidak sesuai untuk pertanian seperti DAS bagian
hulu, atau mengganti komoditas pertanian
dari tanaman semusim menjadi tanaman tahunan. Hambatan ekonomis terkait dengan
kondisi petani, yang pada umumnya tergolong petani kecil atau petani gurem yang
tidak memiliki modal kerja cukup, sehingga komponen konservasi lahan
terabaikan. Mereka sangat membutuhkan hasil langsung yang dapat diperoleh
segera untuk memenuhi kebutuhan seharihari keluarganya. Di sisi lain, penerapan
tindakan konservasi memerlukan
biayatinggi, sedangkan hasilnya baru dapat terlihat dalam jangka
panjang.
Dalam
masalah konversi atau alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian, banyak
petani menjual lahan pertaniannya karena membutuhkan dana untuk keperluan hidup
keluarga, walaupun terpaksa kehilangan atau berkurang mata pencahariannya.
Dalam hal kebakaran hutan, masalah ekonomi yang menonjol adalah memilih cara
penyiapan lahan untuk perkebunan yang biayanya murah.
2. Sumberdaya Spesifik Lokasi yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Tanaman
a. Kondisi Lahan untuk Pertumbuhan Tanaman
Kebakaran
dan Longsor Kebakaran hutan atau lahan terjadi setiap tahun di Indonesia,
terutama di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Menurut Bappenas (1998),
di Indonesia sekitar 1,50 juta ha lahan gambut terbakar selama musim kemarau
1997. Parish (2002) melaporkan terjadinya kebakaran lahan gambut seluas 0,50
juta ha di Kalimantan
pada
musim kemarau 1982 dan 1983. Kebakaran
ini menurut Jaya et al. (2000) secara langsung mengakibatkan hilangnya serasah
dan lapisan atas gambut. Kebakaran hutan juga menimbulkan kerugian seperti
gangguan terhadap keanekaragaman hayati, lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelancaran transportasi (Musa dan Parlan 2002). Di sisi lain, lahan pertanian
juga sering terdegradasi oleh banjir dan longsor. Pada tahun 1998?2004 di
Indonesia terjadi banjir 402 kali dan longsor 294 kali, yang mengakibatkan
kerugian materiil Rp 668 miliar (Kartodihardjo 2006).
Banjir
dan longsor membawa tanah dari puncak atau lereng bukit ke tempat di bawahnya,
dan menimbulkan kerusakan lahan pertanian baik di lokasi longsor maupun pada
lahan pertanian yang tertimbun longsoran tanah, serta alur di antara kedua
tempat tersebut. Lahan pertanian yang terkena banjir dan longsor tersebut jelas
terdegradasi multifungsinya.
Laju
erosi akan meningkat apabila factor manusia juga turut berperan, yaitu jika
petani melaksanakan pertanian tanpa penerapan teknik-teknik konservasi tanah.
Hal ini banyak terjadi pada pertanian lahan kering di lereng-lereng bukit atau
gunung. Pada umumnya para petani pengguna lahan tersebut tergolong petani gurem
dengan luas garapan kurang dari 1 ha dan modal kerja kecil. Dengan kondisi
ekonomi seperti itu, dapat dimengerti mengapa mereka tidak menerapkan
teknik-teknik pengendalian erosi. Praktek pertanian tanpa penerapan teknik
konservasi dapat dilihat pada system perladangan berpindah (slash and burn)
yang masih banyak dijumpai di luar Jawa. Bahkan pada sistem pertanian menetap
pun, baik yang ada di Jawa maupun pulau-pulau lain, penerapan teknik-teknik
konservasi tanah belum merupakan kebiasaan petani, dan belum dianggap bagian
penting dari budi daya pertanian.
Rendahnya
penerapan teknik-teknik konservasi bukan disebabkan oleh kurangnya teknologi
konservasi yang dibutuhkan, namun lebih disebabkan oleh hambatan yang lebih
besar, yaitu masalah politik, sosial, dan ekonomi. Hambatan-hambatan tersebut
menyebabkan penerapan teknik-teknik konservasi tanah belum berhasil baik, dan
proses degradasi masih terus berlangsung.
Politik
atau kebijakan pemerintah dalam menangani konservasi tanah dan air sangat
menentukan keberhasilan upaya pengendalian degradasi lingkup nasional. Hal ini
disadari oleh banyak pihak, namun realisasi yang berupa program dan pendanaan
sering tidak dijadikan prioritas utama. Pemerintah lebih mengarahkan program
dan pendanaannya kepada kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan hasil segera
dan mudah dilihat masyarakat umum, seperti pembuatan jalan, jembatan, irigasi,
dan subsidi pupuk. Di sisi lain, program konservasi tanah tidak cepat dan tidak
mudah terlihat hasilny.a, padahal kebutuhan biaya implementasinya cukup besar.
b.
Mengendalikan Degradasi Lahan Pertanian
Pengendalian
erosi dan longsor. Teknologi pengendalian erosi dan longsor sudah banyak
tersedia, baik berupa metode vegetatif maupun mekanis. Masalah yang perlu diatasi dalam upaya
pengendalian degradasi lahan pertanian adalah rendahnya adopsi teknologi
tersebut oleh para petani pengguna lahan.
Perlu
perbaikan dalam proses transfer teknologi dari sumber teknologi kepada penyuluh
dan kepada pengguna teknologi. Selain itu, perlu peningkatan kemauan dan
kemampuan petani untuk menerapkan teknologi konservasi yang dibutuhkan.
Pengendalian pencemaran kimiawi. Dalam
rangka mengatasi pencemaran tanah oleh agrokimia, pemerintah telah
memberlakukan berbagai peraturan, antara lain: 1) Permentan No. 7/1973 tentang
peredaran, penyimpanan, dan penggunaan pestisida, 2) Kepmentan No.
280/1973,tentang pendaftaran, aplikasi dan lisensi pestisida, 3) Kepmentan No
429/1973, tentang pembatasan pestisida, 4) Kepmentan No. 536/1985 tentang
pengawasan pestisida, dan 5) UU No. 12/1992 tentang budi daya tanaman. Namun
demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan bahan-bahan
agrokimia terus meningkat dari tahun ke tahun (Badan Pengendali Bimas 1990;
Soeyitno dan Ardiwinata 1999). Peraturan-peraturan yang berlaku tidak mampu
mengendalikan impor dan penggunaan bahan-bahan agrokimia, antara lain karena
penegakan hukumnya belum dilaksanakan dengan baik, dan perdagangan bahanbahan
agrokimia menyangkut nilai ekonomi yang besar.
Lahan
pertanian juga perlu dilindungi terhadap pencemaran oleh limbah industri,
seperti industri tekstil, kertas, baterai, dan cat, dengan cara pengaturan
pembuangan limbah. Teknologi pengelolaan limbah sudah tersedia, antara lain
berupa pembuatan instalasi pengolahan limbah untuk berbagai jenis limbah
industri.
Lebih
jauh dari itu, sudah ditetapkan juga baku mutu limbah untuk berbagai unsur
pencemar (Ramadhi 2002), dan beberapa peraturan daerah tentang pengendalian
pencemaran tanah dan air. Namun demikian, upaya-upaya tersebut belum mampu
mengendalikan proses pencemaran tanah pertanian.
Pengendalian
kebakaran dan kerusakan wilayah pertambangan. Pengendalian ini lebih mengarah
kepada aspek sosial, budaya, hukum, dan kebijakan pemerintah dibanding dengan
aspek teknis. Kebakaran hutan dan lahan misalnya, perlu dicegah dengan aturan
pelarangan yang ketat dengan sanksi yang berat. Pembukaan hutan perlu diarahkan
agar menggunakan cara mekanis atau manual sebagai pengganti cara pembakaran,
yang meskipun murah dan mudah, namun mengakibatkan degradasi lahan dan
lingkungan. Kerusakan wilayah pertambangan timah atau batu bara juga perlu
dicegah dengan peraturan, agar cara-cara penambangannya lebih memperhatikan
pemanfaatan lahan setelah penambangan selesai.
Pengendalian
daerah tangkapan hujan dan konversi lahan. Upaya perlindungan lahan pertanian
yang mendesak untuk segera ditangani adalah: 1) pengendalian degradasi daerah
tangkapan hujan (water catchment area), dan 2) pengendalian konversi lahan
pertanian. Kedua macam degradasi lahan tersebut masih terus berlangsung dan
menimbulkan hambatan besar bagi pembangunan sector pertanian, berupa penurunan
produksi pertanian nasional, di samping kerugian besar bagi keluarga tani dan
masyarakat serta pemerintah daerah.
Merealisasikan lahan pertanian abadi sesuai RPPK. Revitalisasi
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan oleh Presiden RI
pada bulan Juni 2005, merupakan strategi umum untuk meningkatkan kesejahteraan
petani, nelayan dan petani hutan, serta menjaga kelestarian sumber daya alam
(Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2005). Salah satu hal penting yang
dinyatakan dalam RPPK adalah perlunya penetapan, penegasan, dan penegakan hukum
bagitersedianya lahan pertanian abadi seluas 30 juta ha, yang terdiri atas 15
juta ha lahan beririgasi dan 15 juta ha lahan kering. Penetapan ini merupakan
salah satu strategi operasional, dengan tujuan utama untuk mengendalikan
konversi lahan pertanian.
Penetapan
lahan sawah irigasi abadi seluas 15 juta ha harus dilaksanakan secara bertahap,
karena sekarang ini luas sawah baku di Indonesia hanya sekitar 7,78 juta ha
(BPS 2003), dengan kualitas bervariasi dari sawah irigasi teknis sampai sawah
tadah hujan. Abdurachman et al.(2005) mengemukakan kriteria biofisik penetapan
lahan sawah abadi atau sawah utama dengan menggunakan tiga parameter, yaitu:
status irigasi, intensitas pertanaman (IP), dan tingkat
produktivitas.Berdasarkan kriteria tersebut, maka luas sawah yang layak
dijadikan lahan sawah abadi hanya sekitar 3,30 juta ha di Jawa, Bali, dan
Lombok (Abdurachman et al. 2004). Lahan-lahan sawah di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya belum selesai dievaluasi seluruhnya.Namun
demikian, jelas masih jauh untuk mendapatkan luasan 15 juta ha sawah abadi,
karena pencetakan sawah baru memerlukan biaya tinggi dan waktu lama.
Pertanian
lahan kering yang ada (existing) di Indonesia cukup luas, yaitu sekitar 39,60
juta ha (BPS 2004), terdiri atas tegalan 15,60 juta ha, pekarangan 5,70 juta
ha, dan perkebunan 18,30 juta ha. Di samping itu, terdapat lahan kayu-kayuan
10,40 juta ha dan lahan terlantar 10,20 juta ha. Dengan demikian, menemukan
pertanian lahan kering abadi seluas 15 juta ha cukup mudah dengan memilih dan
memanfaatkan lahan yang ada. Sekarang ini sedang disusun kriteria lahan abadi
yang dimaksud, dan sedang dipelajari pula permasalahan lain yang terkait,
seperti tinjauan aspek hukum, sosial dan ekonomi, di samping permasalahan
biofisik lahan.
2.
Lembar Kerja
Lembar Kerja 1
Mengambil Sampel Factor Biotik di Lapangan
1.
Tujuan
Peserta mampu mengambil sampel factor biotik
yang menyerang tanaman dan bagian
tanaman yang terserang sesuai prosedur
2.
Alat
dan Bahan
a. Jaring serangga (sweep net)
b. Pinset
c. Kuas kecil
d. Botol koleksi/jar putih Æ 5 cm setinggi 10 cm
e. Gunting stek.
f.
Parang
g. Cangkul
h. Kertas folio
i.
Kebun
tanaman
j.
Kantong
plastik putih 20 x 40 cm
k. Karet gelang
3.
Keselamatan
kerja
Gunakan
sepatu lapangan ketika anda memasuki kebun
4.
Langkah
kerja
Mengambil Sampel Factor biotik
1) Siapkan peralatan, seperti;
jaring serangga (sweep net), pinset, kuas kecil, botol/jar, kertas folio,
kantong plastik, karet gelang.
2) Masuki lahan tanaman yang
terserang factor biotik
3) Ambil sampel factor biotik
dari lahan tanaman dengan cara;
·
Menggunakan
jaring serangga (sweep net) dengan
memasukkan serangga yang
terbang di lahan kedalam jaring lalu tekuk bagian kain jaring tsb sehingga
serangga terperangkap didalamnya.
·
Menangkapnya
langsung menggunakan tangan.
·
Menggunakan
kuas untuk jenis kutu
4) Masukkan factor biotik kupu-kupu ke dalam amplop segitiga dan factor biotik lainnya
ke dalam botol atau kantong plastik
5) Tutup amplop, botol, dan ikat
plastik dengan karet, sehingga siap
untuk dibawa
Mengambil Bagian Tanaman yang
Terserang Factor biotik/abiotik
1)
Tentukan petak sampel
secara acak atau secara teratur, misalnya dengan membuat petakan sampel
seluas 5% dari luas lahan yang ditanami
, misalnya 5 x 5 m
2)
Tentukan
tanaman sampel pada petak sampel, misalnya dengan membuat garis diagonal pada
petak sampel, tanaman yang berada pada
garis diagonal dijadikan sebagai tanaman sampel
3)
Ambil
bagian tanaman yang terserang factor biotik/abiotik dari beberapa tanaman sampel, dengan
menggunakan gunting stek./parang/cangkul, lalu masukkan ke kantong plastik
4)
Ambil
sampel beberapa bagian tanaman yang
terserang penyakit dari tanaman sampel pada petak sampel, masukkan ke kantong
plastik yang lain.
5)
Ikat
kantong plastik sehingga siap untuk
dibawa ke laboratorium
Lembar
Kerja 2
Mengidentifikasi Gejala
Kerusakan Tanaman Oleh Sebab Faktor Biotik/Abiotik
1.
Tujuan
Peserta mampu
Mengidentifikasi gejala kerusakan tanaman
2.
Alat
dan bahan
·
Alat
tulis
·
Produk-produk
tanaman perkebunan
3.
Keselamatan
kerja
Hati-hati dalam
menyentuh produk
4.
Langkah
kerja
a.
Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
b.
Amati
gejala kerusakan pada tanaman berdasarkan bentuk kerusakannya
c.
Gambarkan
pada tabel hasil pengamatan bentuk-kerusakan
tersebut (Gunakan tabel 2).
d.
Deskripsikan
ciri-ciri bentuk-kerusakan tersebut
sesuai dengan fakta yang ada p-ada tabel(Gunakan tabel 2).
e.
Amati
gejala kerusakan pada tanaman berdasarkan perubahan warna dan kenampakan
permukaannya
f.
Gambarkan
pada tabel hasil pengamatan perubahan warna dan kenampakan permukaannya
tersebut (Gunakan tabel 2).
g.
Deskripsikan
ciri-ciri perubahan warna dan kenampakan permukaannya
tersebut sesuai dengan fakta
yang ada (Gunakan tabel 2)
h.
Cocokkan
gejala kerusakan yang sudah diamati dengan kunci deskripsi factor
biotik/abiotik dan penyakit tanaman atau
cocokkan dengan referensi yang ada
Lembar Kerja 3
Menentukan Jenis Faktor biotik/abiotik
1.
Tujuan
Peserta mampu
Menentukan jenis factor biotik/abiotik
yang mengganggu tanaman
2.
Alat
dan bahan
a.
Alat
tulis
b.
Tanaman
hortikultura
c.
Factor
biotik/abiotik ,
d.
Bagian
tanaman yang terserang factor biotik/abiotik
3.
Keselamatan
kerja
Hati-hati
dalam menyentuh tanaman/factor biotik/abiotik /penyakit
4.
Langkah
kerja
a.
Siapkan
alat dan bahan yang akan dipergunakan :
b.
Amati
dan cocokkan factor biotik/abiotik yang
menyerang tanaman dengan kunci deskripsi factor biotik/abiotik , gunakan tabel!
c.
Tentukan
jenis factor biotik/abiotik yang
menyerang berdasarkan jenis factor biotik/abiotik dan gejala serangan yang telah dicocokkan
dengan kunci deskripsi, gunakan tabel!
d.
Tentukan
jenis penyakit yang menyerang berdasarkan hasil pengamatan terhadap gejala
kerusakan, gunakan tabel dan mikroskkop bila perlu!
e.
Informasikan
hasil identifikasi factor biotik/abiotik
dan penyakit kepada ahli factor biotik/abiotik dan penyakit, gunakan tabel!
Tabel 1.
Menentukan Jenis Factor biotik/abiotik
a) Nama Tanaman |
|
|
|
b) |
|
|
|
Gambar
Factor biotik/abiotik
|
|
|
|
Deskripsi
Ciri-ciri Factor biotik/abiotik
|
|
|
|
Gambar Gejala Kerusakan tanaman oleh Factor biotik/abiotik
|
|
|
|
Jenis Factor biotik/abiotik
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
Penyebab penyakit/patogen(secara mikroskopis)
|
|
|
|
Deskripsi
Ciri-ciri Gejala Kerusakan tanaman oleh Penyakit
|
|
|
|
i)
Jenis
Penyakit
|
|
|
|
3.
Lembar Evaluasi
a. Jelaskan apa saja yang termasuk
lingkungan/faktor biotik dan abiotik!
b. Jelaskan pengertian autotrop dan
heterotrop!
c. Jelaskan pengertian
decomposer/pengurai!
d. Jelaskan tiga tipe dekomposisi
e. Jelaskan dan
beri contoh perbedaan faktor biotik jenis
hama golongan vertebrata dan Invertebrata!
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hanafiah,Kemas.2007. Dasar-dasar
Ilmu Tanah.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Buckman,O,Hanry,Brady,C,Nyle.1982.Ilmu
Tanah.Jakarta:Barata Karya Aksara.
Foth,HD dan L.N.Turk .1999.Fundamental
of soils science. New York:fifth Ed.John.waley&soil.
Kartasapoetra,A.G,Ir.Dkk.1985.Teknologi
konservasi Tanah dan Air.Jakarta:Rineka Cipta
Pairunan.A.K.dkk.1985.Dasar-Dasar Ilmu
Tanah.Ujung Pandang:BKPT INTIM
Las,
Irianto & Surmaini. 2000 “ Pengantar Agroklimat dan Beberapa Pendekatannya”
Balitbang Pertanian, Jakarta.
Makarim,
dkk. 1999. “Efisiensi Input Produksi Tanaman Pangan melalui Prescription
Farming”. Simposium Tanaman pangan IV. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar